Kenapa Indonesia Masih Harus Impor Daging

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Thomas Trikasih Lembong.
Sumber :
  • viva.co.id/Chandra G. Asmara

VIVA.co.id – Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong menyebutkan bahwa produksi daging sapi di Indonesia masih kurang efisien. Hal itu menjadi indikasi bahwa Indonesia masih belum bisa lepas dari impor daging sapi.

"Kondisi rantai pasok tiap pangan beda. Kalau saya pribadi melihat di sapi rantai pasok sebenarnya tidak banyak lapisan,  tapi masih panjang. Artinya tidak efisien. Itu belum tentu salah peternak atau pedagang. Efisiensi kurang," kata Thomas dalam acara dialog Teras Kita di Restauran Puang Oca Jakarta pada Sabtu 18 Juni 2016.

Tidak efisiennya hal tersebut menurut Thomas disebabkan rantai pasokan yang panjang yang dimulai dari manajemen pengelolaan peternakan dan produktivitas rumah potong hewan (RPH).

Dia mencontohkan, di negara maju seperti Australia, pengelolaan memanfaatkan sumber daya manusia semaksimal mungkin dengan 600 ribu sapi dikelola oleh 6 orang. Sementara dalam pemotongannya telah menggunakan mesin canggih. Ribuan karkas atau daging yang masih mengandung tulang kata dia bisa diproduksi tiap jam.

"Efisiensinya luar biasa dengan mesin canggih bisa ribuan karkas diproduksi per jam. Sementara kita puluhan orang dengan peralatan sederhana, satu jam mungkin satu karkas. Itu ongkos per unit beda. Kita tinggi mereka rendah. Rumah potong hewan di luar negeri seperti industri pemotongan," ucapnya

Dia menambahkan bahwa untuk menciptakan efisiensi, Indonesia membutuhkan investasi, tata kelola lebih canggih dan proses industri yang lebih rapi.