Krisis Finansial Pengaruhi Kekalahan Telak Tim-tim Papan Bawah

Persiwa Wamena vs Persib Bandung
Sumber :
  • FOTO ANTARA/Agus Bebeng
VIVAbola – Kekalahan besar yang dialami tim papan bawah ISL belakangan ini menimbulkan keprihatinan dari pengamat sepakbola, Tommy Welly. Namun menurut Tommy, hasil tersebut tidak lepas dari krisis finansial yang melanda tim-tim tersebut.

Tim asal Papua, Persidafon Dafonsoro harus mengalami kekalahan telak 1-8 saat menghadapi Persipura Jayapura, Rabu 3 Juli 2013. Sehari berselang, giliran PSPS Pekanbaru yang mengalami nasib serupa. Tim berjuluk Asykar Bertuah itu tumbang 1-7 saat bertandang ke Stadion Kanjuruhan, markas Arema Indonesia.

“Kalah dengan skor besar memang memprihatinkan. Skor tersebut tidak pantas di ajang ISL. Tentu, level kompetitif (klub papan bawah) menjadi turun. Tidak menarik kalah dengan skor besar,” kata Tommy saat berbincang dengan
VIVAbola
.


Namun, Tommy menyadari jika kekalahan tersebut berkaitan erat dengan kondisi keuangan klub di papan bawah. Sebagai contoh, PSPS belum menerima gaji selama 10 bulan. Imbasnya, M Isnaini dan kawan-kawan kini berstatus sebagai juru kunci.


“Tim yang menjadi lumbung gol adalah tim yang bermasalah dengan pendanaan sehingga ini pengaruh pada persiapan dan kekuatan tim itu sendiri. PSPS menjadi tidak kompetitif dan kekuatan tim itu berbanding jauh. Unsur fairness dalam sepakbola menjadi ternoda,” beber Tommy.


Menurut pria yang akrab disapa Towel itu, problem gaji pemain harus segera dibenahi. Ini menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi. “Untuk menjadi klub professional, cara pikir harus diubah. Sebetulnya, masalah dana bisa dicari dengan cara-cara yang lebih kreatif dengan melibatkan pengusaha daerah,” sambung dia.


Kendati demikian, Tommy menyatakan, kekalahan besar yang dialami tim papan bawah tidak mengurangi gairah kompetisi. “Sebab, gairah kompetisi ada di level tertentu. Hanya tiga tim yang kualitasnya menurun seperti PSPS, Persiwa dan Persidafon. Tim lainnya tetap mampu bersaing,”


Terlepas dari masalah itu, Tommy menambahkan, semua tim termasuk yang berada di bawah harus menyelesaikan kompetisi dengan keterbatasan. “Menghindari walked-out hal positif. Artinya, kompetisi ini (ISL) sudah memiliki gairah hanya tinggal mempertajam kualitas kompetisinya.” (ren)