Bukan Lagi Milennial, Generasi C Dongkrak Perekonomian 2020?
- Istimewa
VIVA.co.id – Millennial, sebuah istilah yang tidak lagi asing di telinga masyarakat belakangan ini. Dikenal sebagai sebutan generasi bagi mereka yang terlahir di 1980 – 2000, menurut majalah Time. Generasi millennial terlahir di era serba teknologi dan online, sehingga dijadikan sasaran empuk berbagai brand teknologi dan digital.
Menurut laman Goldsman Sachs, keunikan pola perilaku konsumsi generasi millennial justru dianggap dapat menjadi penyeimbang perekonomian banyak negara. Benarkah?
Meski akrab dengan dunia digital dan memiliki perilaku konsumsi yang unik, rupanya millennial justru memberikan tantangan sendiri bagi banyak brand, terutama dalam hal iklan. Diambil dari laman Forbes, 84 persen millennial cenderung tidak mudah percaya pada iklan-iklan konvensional sehingga menuntut banyak brand untuk bergerak menciptakan inovasi dan kreasi yang lebih baik.
Menariknya, jika generasi millennial lebih sering menjadi sasaran pasar, rupanya ada satu generasi lagi yang justru sangat berpotensi untuk menjadi pemain aktif di pasar dunia. Tidak terbatas oleh usia, Generation C atau Gen C tersebar di mana-mana.
Gen C pada dasarnya adalah ‘Connected Consumer’, menurut Brian Solis. Sesuai dengan namanya, Gen C merupakan kelompok psikografis dengan pola perilaku gemar membuat konten secara online, sangat terhubung dalam komunitas-komunitas, hingga sangat pemilih dalam mengonsumsi suatu konten atau produk.
Pola perilaku inilah yang sebenarnya memiliki peluang besar untuk mendongkrak pasar digital beberapa negara sebagai pemain aktif, termasuk Indonesia. Terlebih dengan dijadikannya digitalisasi sebagai salah satu tujuan program kerja pemerintah Indonesia di 2020.
Lalu, bagaimana sebenarnya karakteristik Gen C di Indonesia dan bagaimana peluangnya? Menggandeng Mars Indonesia, Bubu.com akan merilis hasil penelitian mengenai Gen C di Indonesia pada acara IDBYTE 2017: CONNECTED, sebuah gelaran digital dua tahunan yang akan diselenggarakan pada 26 – 28 September 2017 di Pacific Place, Jakarta.
Gelaran digital akbar ini sendiri terdiri dari berbagai acara mulai dari Virtual Startup Hunt, Pameran ‘Tech Giants Indonesia’, dua hari seminar, hingga puncaknya adalah konferensi dan malam penganugerahan Bubu Awards v.10.
Selain berfokus dengan Gen C, konferensi ini juga akan membahas banyak topik terkait pengaruh positif konektivitas masyarakat Indonesia secara digital terhadap berbagai sektor di Indonesia, seperti tata kota, ekonomi, startup, pemberdayaan perempuan, peluang pasarnya, dan masih banyak lagi.
Idbyte 20171 ini akan mendatangkan pembicara dari berbagai perusahaan teknologi lokal hingga dunia, seperti Piotr Jakubowski dari GO-JEK, Frank Koo dari LinkedIn, Ralph Simon dari Mobilium International atau yang dikenal sebagai ‘Father of Ringtone’, hingga Amanda Kelso dari Instagram, dan tidak ketinggalan Ajay Vidyasagar dari YouTube.
Melibatkan 8 kota-kota di Indonesia, hasil penelitian mengenai Gen C ini sendiri akan diluncurkan dalam konferensi pada 28 September 2017. Penasaran? Dapatkan tiketnya di id-byte.com2. (ase)