Mikoprotein, Solusi Minimnya Konsumsi Protein Masyarakat Indonesia

Mikoprotein.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita

VIVA – Indonesia merupakan salah satu negara di ASEAN yang mengalami masalah gizi buruk. Asupan protein total Indonesia 61,1 gram/perkapita/hari, atau lebih rendah dibandingkan Vietnam 77,7, Myanmar 81,9, dan Kamboja 63,2.

Asupan protein yang tinggi ini berasal dari daging, seperti daging ayam hingga daging sapi ataupun ikan laut. Namun demikian harga yang relatif mahal membuat masyarakat kurang memperhatikan kebutuhan protein, khususnya untuk keluarga.

Kondisi ini mendorong Martha, mahasiswi Universitas Surya, Tangerang, Banten, melakukan inovasi dengan menciptakan Mikoprotein yang mampu menambah kadar protein pada makanan, meski tanpa harus mengkonsumsi daging.

Di bawah bimbingan dosen dan peneliti, Brian Sapura Manurung, Martha mengaku untuk menciptakan mikoprotein, ia menggunakan bahan baku dari umbi-umbian yang hanya mengandung karbohidrat, lalu diolah kemudian dicampur dengan jamur rhizopus oligosparus.

"Mikoprotein yang sudah jadi melalui proses fermentasi dengan jamur serta menggunakan alat fermentor ini siap untuk dicampur dengan makan yang mengandung karbohidrat. Dan hasilnya makanan yang hanya mengandung karbohidrat akan ada tambahan kandungan protein tinggi," kata Martha, di Pameran Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E) yang digagas Kemenristek Dikti di Jogja City Mall, Yogyakarta, Minggu 28 Oktober 2018.

Ia mengatakan bahwa Mikoprotein tidak memiliki rasa sehingga bisa dicampur dengan olahan makanan dan rasanya akan menyesuaikan dengan bumbu yang diberikan si pembuat makanan.

"Misalnya, saat membuat tempe bisa ditambahkan dengan mikoprotein. Hasilnya tempe akan mengandung protein yang lebih tinggi," ungkap mahasiswi semester lima ini.

Atas temuannya ini, Martha punya cita-cita akan membuat makanan yang mengandung karbohidrat bisa ditambahkan Mikoprotein yang akan menambah kandungan protein. "Rencananya, kami akan membuat makanan yang bisa dijual secara online lewat aplikasi dan tidak harus repot membuka lapak sendiri," jelas dia. (Webtorial)