Bitcoin Terkenal di Indonesia, Ada Tapinya

Mata uang digital, Bitcoin.
Sumber :
  • www.pixabay.com/MichaelWuensch

VIVA – Mata uang kripto seperti Bitcoin sudah hadir sejak beberapa tahun lalu. Namun, popularitasnya baru meningkat saat pandemi melanda pada 2020.

Berbeda dengan uang biasa, cryptocurrency tidak memiliki bentuk fisik dan hanya digunakan untuk kebutuhan transaksi di dunia maya melalui jaringan internet.

Dalam sebuah survei yang dilakukan platform market research Populix, tujuh dari 10 orang sudah pernah mendengar tentang mata uang digital seperti Bitcoin dan Ethereum.

Populix bertanya ke 722 orang responden, yang 70 persen berdomisili di Jabodetabek. Hasil survei tersebut menyebut, mereka yang sudah pernah mendengar tentang cryptocurrency mayoritas adalah kalangan milenial umur 25-30 tahun.

Tak hanya itu, rata-rata mereka juga berasal dari masyarakat kelas menengah dan atas, yang memiliki kemudahan dalam hal akses internet.

Data lain yang didapatkan dari survei tersebut adalah, ketertarikan terhadap investasi cryptocurrency cenderung lebih terlihat di kalangan responden laki-laki dibandingkan perempuan.

“Sebanyak 94 persen responden menyatakan, bahwa Bitcoin adalah mata uang kripto yang paling sering mereka dengar,” ujar Chief Operating Officer Populix, Eileen Kamtawijoyo melalui keterangan resminya, dikutip Minggu 25 April 2021.

Uniknya, meski pengetahuan masyarakat perkotaan tentang Bitcoin cukup tinggi, jumlah responden yang berinvestasi masih rendah. Angkanya hanya sekitar 13 persen dari total responden.

Dibandingkan perempuan, investasi mata uang bitcoin lebih banyak diminati oleh kalangan laki-laki usia milenial. Kelompok usia antara 25-30 tahun adalah kelompok usia yang paling dominan dan melek dengan Bitcoin, berikut teknologi yang menyertainya.

“Kelompok usia ini cukup cakap dalam memanfaatkan teknologi. Mereka umumnya menggunakan aplikasi trading seperti Indodax, Tokocrypto, Pintu, Bitocto dan Luno,” tuturnya.

Secara umum, tambah Eileen, masyarakat belum siap dengan risiko dari Bitcoin yang relatif tinggi. Mayoritas masyarakat memilih reksadana, pasar uang yang tingkat risikonya tergolong rendah.