Deteksi Ujaran Kebencian, Twitter Lebih Percaya Teknologi AI daripada Manusia

Logo Twitter.
Sumber :
  • theverge.com

VIVA Tekno – Media sosial Twitter dikabarkan lebih mengandalkan artificial intelligence (AI) alias teknologi kecerdasan buatan untuk memoderasi konten dibandingkan mengandalkan karyawannya sendiri guna melakukan pemeriksaan manual terhadap ujaran kebencian atau hate speech.

Menurut laporan Center for Countering Digital (CCDH) seperti yang dilansir dari The Independent, ujaran kebencian di Twitter dilaporkan melonjak sejak miliarder Elon Musk mengambilalih platform tersebut pada November 2022.

“Dari cercaan rasial yang meningkat tiga kali lipat hingga peningkatan yang mengejutkan dalam cuitan antisemit dan misogonis, Twitter di bawah Tuan Musk telah menjadi tempat yang aman untuk kebencian,” cuit organisasi itu, Senin, 5 Desember 2022.

Pemilik Twitter Elon Musk.

Photo :
  • MarketWatch

Kelompok riset lain di Network Contagion Research Institute (NCRI) sebelumnya menemukan penggunaan kata N (Nigga – merujuk untuk orang berkulit hitam) meningkat hampir 500 persen dalam 12 jam usai kesepakatan Musk untuk membeli Twitter diselesaikan.

Namun, hal tersebut dibantah oleh Elon Musk dan menyatakan bahwa hal itu benar-benar salah. Di tengah kekhawatiran ini, kepala kepercayaan dan keamanan Twitter yang baru menyebut bahwa perusahaan sekarang lebih mengandalkan sistem otomatis untuk memoderasi konten.

Wakil Ketua Kepercayaan dan Keamanan Twitter, Ella Irwin, mengungkapkan kepada Reuters bahwa media sosial burung biru ini menghilangkan tinjauan manual oleh staf dan mendukung penangguhan akun alih-alih menghapus beberapa konten secara langsung.

“Hal terbesar yang berubah adalah tim sepenuhnya bekerja untuk bergerak cepat dan seagresif mungkin,” kata Irwin. Berita terbaru muncul saat Twitter berjuang memoderasi konten di platform menyusul PHK besar-besaran bulan lalu di mana perusahaan memangkas tenaga kerja dari 7.500 menjadi sekitar 2.000.

Laporan membeberkan bahwa seluruh tim hak asasi manusia dan etika pembelajaran mesin perusahaan serta pekerja kontrak outsourcing yang mengerjakan masalah keamanan Twitter, semuanya dikurangi menjadi tidak ada staf atau hanya segelintir karyawan.

Sebuah tim di Twitter yang didedikasikan untuk menghapus materi pelecehan seksual anak di Jepang dan kawasan Asia Pasifik juga hanya tersisa satu orang setelah PHK.

Pengurangan tim dinilai bertentangan dengan pernyataan Elon Musk sebelumnya. Ia mengatakan bahwa penghapusan konten dengan ujaran kebencian dan sejenisnya adalah prioritas utama usai membeli perusahaan.