Geger Miliarder China Ingin Lelang Sperma Pria yang Tak Divaksinasi Covid-19

Ilustrasi Bulan dan sperma.
Sumber :
  • New York Post

VIVA Tekno – Miliarder China Guo Wengui percaya bahwa vaksin Covid-19 bisa menyebabkan kemandulan. Ia juga mengklaim sudah menyimpan nyaris 6 ribu sel telur dan jutaan sperma dari orang-orang yang tidak divaksinasi Covid-19.

Dilansir dari Business Insider, Jumat, 14 April 2023, lelang tersebut bakal berlangsung di platform online Gettr, Juni mendatang.

guo wengui

Photo :
  • Wikimedia

Taipan yang diasingkan dari Amerika Serikat itu baru-baru ini diduga melakukan penipuan terkait lelang sperma tersebut.

"Kami akan melelang sperma dan sel telur terbaik, termasuk tentu saja sperma saya sendiri," katanya, seraya menambahkan bahwa perdagangan akan diizinkan dalam mata uang digital dan terbuka untuk semua ras dan etnis.

Pemberi informasi anti-vaksin mendorong klaim vaksin COVID-19 memicu kemandulan, bahkan di hadapan banyak penelitian medis yang menunjukkan fakta sebenarnya tidak merusak kesuburan pria maupun wanita.

Guo, yang menggunakan nama lain termasuk Miles Guo, sendiri adalah penganut klaim palsu tersebut. Negara Federal Baru China, kelompok lobi anti-Partai Komunis China yang dibentuk oleh Guo, juga telah berulang kali membuat pernyataan tidak berdasar seperti vaksin adalah senjata biologis.

Beberapa pendukungnya menilai pelelangan ini sebagai salah satu bentuk kemanusiaan atas tudingan asal usul COVID-19 berasal dari kebocoran lab di Wuhan.

Sperma.

Photo :
  • Times of India

Pengguna media sosial lain ada yang meminati lelang tersebut, adapula yang mengutarakan pernyataan sebaliknya. Menurutnya, lelang sperma untuk yang tidak divaksinasi memang bisa meraup uang yang banyak, tetapi tidak menjawab bukti vaksin COVID-19 berbahaya bagi kesuburan.

"Itu hanya 'komoditas berharga' jika seseorang percaya pada narasi palsu bahwa vaksinasi COVID-19 membahayakan kesuburan," kata John Gregory, editor kesehatan di pengawas NewsGuard kepada media.

"Lelang ini sesuai dengan pola yang sudah mapan di mana pemberi informasi anti-vaksin menjual produk untuk mendapat untung dari klaim palsu mereka."