Trojan Perbankan Infeksi 40.000 Pengguna Android

Ilustrasi/peretas
Sumber :

VIVA.co.id – Ratusan trojan perbankan dengan versi yang berbeda telah mengancam puluhan ribu pengguna Android. Salah satunya adalah Android.SmsSpy.88.origin yang pernah membuat heboh pada 2014 lalu.

Dilansir melalui PC Authority, Senin, 16 Mei 2016, meski telah berusia dua tahun namun trojan tetap menduduki rating tertinggi sebagai virus yang paling mengancam. Penjahat siber diklaim telah membuat trojan itu lebih berbahaya dan bisa menjalankan fungsi sebagai pemeras (ransomware).

Versi awal trojan tersebut dirancang untuk menyadap SMS, panggilan telepon, mencuri informasi kartu kredit dan juga masuk ke informasi penting perbankan lainnya.

Trojan tersebut didistribusikan dengan menyamar sebagai aplikasi, contohnya adalah Adobe Flash Player. Saat aplikasi tersebut digunakan, trojan tersebut akan seolah-olah memberikan jaminan kepada pengguna sebagai admin. Kemudian, trojan akan menyalakan modul wifi dan memeriksa setiap detik, baik melalui koneksi wifi maupun seluler.

“Jika koneksi tidak ada maka trojan akan membuat komunikasi sekali lagi, mengirimkan informasi berupa operator yang digunakan, sistem operasi di ponsel, model perangkat dan nomor telepon, ke server kendali yang dioperasikan penjahat siber," ujar peneliti keamanan dari perusahaan riset jaringan, Doctor Web.

Dipaparkan peneliti tersebut, Trojan SMS Spy itu mengancam para pengguna Android di Rusia saja. Namun di awal 2016 ini, trojan tersebut mulai menginfeksi pengguna Android di hampir seluruh negara di dunia.

Trojan itu telah menginfeksi pengguna di 200 negara, setidaknya ada 40.000 perangkat yang terinfeksi. Kebanyakan adalah pengguna di Turki, India dan Spanyol.

Di Turki ada sekitar 13,29 perse pengguna terinfeksi, India sekitar 8,81 persen, Spanyol 6,9 persen, Australia 6,87 persen, Jerman 5,77 persen, Prancis 3,34 persen, Amerika 2,95 persen, Itali 1,99 persen dan Inggris sekitar 1,53 persen pengguna.

"Kebanyakan perangkat adalah Android versi 4.4 dengan sekitar 35,17 persen yang terinfeksi. Sedangkan Android 5.1 yang terinfeksi ada 14,46 persen, Android 5.0 sekitar 14,01 persen, Android 4.2 sekitar 13 persen, dan Android 4.1 sekitar 9,88 persen," ujar peneliti Doctor Web.

Untuk mengantisipasi hal ini, Doctor Web memberikan beberapa tips kepada pengguna agar terhindar dari kejahatan siber dan data-data perbankan terindungi.

Pertama adalah menggunakan ponsel berbeda saat hendak menyelesaikan transaksi perbankan. Kedua, membuat batas penarikan uang tunai pada layanan mobile banking. Ketiga, jangan pernah tergiur untuk mengklik link tidak dikenal yang dikirimkan melalui SMS atau email yang mencurigakan, tidak mendownload aplikasi dari sumber yang tidak dikenal, dan terakhir adalah melindungi perangkat dengan software anti-virus yang dipercaya.