Saat Snowden Bicara Hoax dan Pembatasan Karakter Twitter
- REUTERS/Thomas Peter/Files
VIVA.co.id – Chief Executive Officer Twitter Jack Dorsey mewawancarai aktivis siber, Edward Snowden secara live streaming melalui Periscope pada 13 Desember 2016.
Dalam wawancara tersebut, bos Twitter bertanya kepada Snowden tentang berbagai isu mulai dari Donald Trump, berita atau infromasi palsu alias hoax dan pengembangan Twitter.
Salah satu yang menarik yakni saat Dorsey bertanya kepada Snowden soal bagaimana meningkatkan Twitter dan pengalaman pengguna. Sejak menjadi buronan pemerintah AS, Snowden memang sering muncul di dunia maya melalui akun Twitternya, untuk merespons berbagai isu misalnya kebebasan internet.
Menjawab pertanyaan Dorsey, Snowden mengatakan, dia ingin Twitter memperluas ruang karakter lebih dari 140 karakter, yang selama ini menjadi ciri khas media sosial tersebut.
"Twitter telah mencoba memperluas apa yang bisa masuk dalam tweet, saya pikir ini adalah upaya penting, khususnya saat Anda bicara tentang konten," jawab Snowden seperti dikutip dari IBTimes, Rabu, 14 Desember 2016.
Snowden memuji inisiatif Twitter pada September lalu, yang memutuskan foto, video, GIF, kutipan dan jajak pendapat berada di luar dari 140 karakter.
Namun demikian, mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS (NSA) itu mengulas pembatasan karakter yang membuat pengguna kadang merasa tak nyaman. Misalnya, dulu sebelum ada kebijakan tersebut, saat pengguna menambah gambar pada postingan mereka, maka pengguna akan kehilangan 22 karakter. "Itu menyiksa. Jujur saya katakan, ini buruk sekali," ujar dia.
Selain menyoroti pembatasan karakter, Snowden juga merekomendasikan Twitter untuk terus mencoba membuat pengguna betah di platform, terutama saat pengguna mengklik tautan sebuah artikel.
Sebab menurutnya, begitu pengguna keluar dari Twitter, maka pengguna akan menuju ke web browser. Hal demikian akan memengaruhi pengalaman pengguna dan bagi Snowden adalah tantangan.
Snowden menyarankan, Twitter untuk membolehkan pengguna mengedit postingan mereka dan menambahkan pesan privat tak puas atas konten tertentu.
Snowden juga memberikan pandangannya tentang sorotan berita palsu atau hoax yang mengiringi Pemilihan Presiden Amerika Serikat. Pria usai 33 tahun itu berpandangan, jawaban atas hoax bukan menyensor konten pengguna. Masalah hoax, bagi Snowden, seharusnya diselesaikan dengan melibatkan dan mengharapkan bantuan antarpengguna.
"Jawaban untuk ujaran yang buruk yaitu memperbanyak ujaran. Kita harus berlatih dan menyebarkan gagasan bahwa sekarang harus berpikir lebih kritis dari sebelumnya, mengingat fakta bahwa kebohongan tampaknya bakal makin populer," ujar Snowden.
(mus)