Menguak Kejahatan Perbankan dengan ‘Membaca’ Tanda Tangan

Ilustrasi tanda tangan.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Dalam industri keuangan, khususnya perbankan, tanda tangan merupakan salah satu syarat untuk bertransaksi antara lain cek, giro, buku deposito, maupun surat perintah transfer.

Sebab, transaksi yang melibatkan penarikan uang, seringkali menggunakan surat dan dokumen sebagai syarat administratif untuk mencairkan sejumlah uang dari bank.

Namun, ternyata ada celah yang kemudian dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan untuk mengelabui sistem di perbankan yang mengandalkan dokumen dan tanda tangan sebagai bagian dari syarat administratif.

Oleh karena itu, diperlukan ahli yang mengerti dan bisa membedakan mana tanda tangan asli maupun palsu. Menurut ahli Grafologi, Heru Kustriyadi Wibawa, ketika melakukan aktivitas tanda tangan kita melakukan gerakan bawah sadar.

Ia mengklaim, hanya melihat tanda tangan seseorang, dia bisa menilai karakteristik atau sifat seseorang. Meskipun belum pernah bertemu sama sekali.

Maka dari itu, Heru kerap dipanggil oleh sejumlah perbankan besar untuk mengajarkan grafologi (menganalisa tanda tangan) kepada karyawan, khususnya teller maupun customer service.

“Biasanya, yang diajarkan itu karyawan bank yang frontliner seperti customer service maupun teller, begitu juga divisi kartu kredit. Mereka harus paham betul mana tanda tangan asli atau palsu,” kata Heru di Jakarta, Minggu, 30 Juli 2017.

Dengan mengikuti pelatihan grafologi, Heru berharap peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi pedoman pengamanan, pendayagunaan sistem dan prosedur penanganan permasalahan yang mungkin terjadi, dalam kaitannya dengan sistem pelayanan perbankan.

Self-transformation

Selain itu, peserta juga dapat memahami dan menguasai bahasa tulisan maupun tanda tangan sebagai tindakan pengaman untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan pemalsuan terhadap tanda tangan, tulisan tangan, uang maupun dokumen.

Heru sedikit bercerita bahwa banyak penipuan pemalsuan dokumen terjadi yang melibatkan tanda tangan, khususnya di industri perbankan.

Hanya saja, kata Heru, banyak perbankan enggan mengekspos-nya lantaran faktor kepercayaan terhadap nasabah. “Itu faktor trust. Kalau satu bank mengaku, ya, nasabah bisa-bisa menarik uangnya dalam jumlah besar (rush),” tuturnya.

Sejumlah bank yang ‘berguru’ kepadanya antara lain Citibank,  BCA,  BNI dan BRI. Ia menambahkan, bila saat ini terjadi kompetisi tidak sehat di masyarakat. Dengan demikian, Heru mengajak masyarakat untuk memperbaiki kualitas diri dengan metode Self Transformation.

Self Transformation salah satu cara untuk memahami seberapa besar kekuatan kawan sumber dalam menjalani masalah hidup. Kita juga harus melihat orang lain. Atasan dan bawahan sebagai mitra, bukan sebagai alat," ujarnya saat peluncuran buku barunya berjudul ‘Transformasi Diri’. (mus)