400 Juta Perangkat Terhubung di 2022, Ini PR Indonesia
- www.pixabay.com/jeferrb
VIVA – Indonesia diyakini akan menjadi pasar potensial saat semua perangkat sudah terhubung dengan internet atau Internet of Things dan IoT menjadi kebutuhan yang tidak dipisahkan lagi. Oleh karena itu, Indonesia harus mempersiapkan diri meningkatkan kemampuan produksi dalam negeri, termasuk membangun laboratorium khusus untuk IoT.
Hal ini terungkap dalam survei Indonesia IoT Forum pada November 2017 dengan melibatkan 112 responden. Survei tersebut secara tidak langsung menunjukkan minat dan ekspektasi yang cukup tinggi akan terbukanya akses IoT lokal ke pasar internasional.
“Mayoritas responden ingin bergabung dengan Lab IoT untuk belajar dan merasakan pengalaman mengembangkan produk IoT sembari membangun jejaring dengan stakeholder dalam industri ini. Sebanyak 72,3 persen responden bahkan sudah memiliki ide dan berniat mengembangkan produk mereka sendiri,” ujar Founder Indonesia IoT Forum, Teguh Prasetya, Kamis 7 Desember 2017.
Teguh menuturkan, data tersebut menunjukkan pasar IoT diperkirakan akan tumbuh sampai Rp444 triliun pada 2022, dengan kebutuhan perangkat atau sensor mencapai 400 juta unit. Di berbagai negara, lab IoT menjadi salah satu sarana terbaik bagi pengembang untuk masuk ke pasar komersial.
Senior Project Manager Manufacturing Robert Bosch Indonesia, Toto Suharto mengatakan, nantinya tidak akan ada pemain tunggal yang bisa memberikan semua kebutuhan perangkat IoT sehingga dibutuhkan kolaborasi yang baik. Oleh karena itu lab IoT bisa meningkatkan pertumbuhan ekosistem di Indonesia.
"Di sini pemangku kepentingan, mulai dari produsen perangkat, penyedia jaringan, sampai pengembang platform dan aplikasi memiliki kemungkinan untuk bekerja sama. Kuncinya adalah kolaborasi," ujar Toto.
Lab yang dibutuhkan
Hasil survei mencatat mayoritas responden memilih Lab IoT yang dimiliki murni oleh swasta atau pemerintah, prioritas selanjutnya dengan laboratorium independen dan prioritas terakhir adalah milik institusi pendidikan.
Prioritas dukungan berikutnya yang diharapkan adalah adanya kesempatan memperoleh pendanaan hingga dukungan legal atau kemudahan regulasi dari pemerintah.
Adapun bentuk Lab IoT yang menjadi pilihan pertama adalah laboratorium yang lengkap mulai dari pengembangan konten dan aplikasi, platform, perangkat, dan jaringan. Prioritas berikutnya adalah laboratorium yang fokus terhadap pengembangan konten dan aplikasi, sedangkan laboratorium yang fokus pada perangkat atau jaringan saja ada pada prioritas ketiga.
Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail mengatakan, pada prinsipnya Kominfo sangat mendukung adanya Lab IoT. Tahap awal, kata dia, bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh regulator di Malaysia.
"Merek menyediakan Lab IoT yang bisa digunakan oleh semua pihak secara gratis, syaratnya proyeknya harus selesai. Kami masih mengkaji skema kepemilikan Lab IoT, apakah private owned atau government initiative. Begitu juga dengan skema insentif yang bisa diberikan oleh regulator," ujar Ismail.