Indonesia Bangga Punya CN-235 Gunship, Si Pembantai Pasukan Darat

Pesawat CN-235 Gunship buatan PT DI.
Sumber :
  • Kementerian BUMN

VIVA – Indonesia harus bangga memiliki CN-235 Gunship. Karena, pesawat yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI) ini diperkuat oleh kanon tunggal DEFA 553 kaliber 30mm. Si pembantai pasukan darat ini oleh PT DI menjadi andalan di ajang Pameran Dirgantara Singapura atau Singapore Airshow 2020 pada 11 hingga 16 Februari mendatang.

Berdasarkan data yang diolah VIVA, Kamis, 13 Februari 2020, kanon tunggal DEFA 553 kaliber 30mm tersebut mampu memuntahkan proyektil dengan kecepatan 810 meter per detik. Sementara kecepatan tembaknya mencapai 1.200 amunisi per menit, di mana sangat ideal untuk menggasak sasaran di udara dan darat.

Letaknya pun cukup strategis karena berada di area pintu bagian belakang (sebelah kiri bodi pesawat) dengan kaca gelembung (bubble window) untuk keperluan dukungan tembakan bagi pasukan darat, pengawasan laut dan Combat SAR, maupun patroli garis perbatasan.

Pesawat CN-235 Gunship juga dilenglapi perangkat FLIR (Forward Looking Infrared) pada bagian bawah hidung, termasuk radar intai permukaan dengan belly dome di bawah fuselage.

Untuk kepentingan komersial, pesawat CN-235 Gunship menyasar negara-negara yang menjadi pangsa pasar potensial, seperti Filipina, Pakistan, Uni Emirat Arab, Qatar dan Senegal.

Kanon tunggal DEFA 553 kaliber 30mm?. Sumber: Dok. Istimewa

Tidak hanya memproduksi pesawat, PT DI juga memiliki anak usaha bernama PT Nusantara Turbine & Propulsion (NTP), yang memiliki keunggulan terpercaya di bidang teknik, pemeliharaan, perbaikan, dan perbaikan turbin gas dan peralatan berputar.

Selain pesawat CN-235 Gunship, PT DI turut memboyong CN235-220, NC212i, dan N219 Nurtanio. Nama terakhir telah dilakukan uji landing gear oleh PT DI bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN dua tahun lalu yang bertujuan menjajal kekuatan struktur landing gear N219 Nurtanio dalam menerima dampak beban saat pendaratan.

Alat uji drop landing gear ini pada pusat teknologi itu mampu mengangkat beban uji hingga 8 ton dengan ketinggian maksimum 1,5 meter. Dalam pengujian, landing gear  N219 Nurtanio diangkat beberapa saat, diturunkan dalam jarak dekat dan kemudian dijatuhkan.

Motor hidrolik yang terdapat pada alat uji dapat memutar roda hingga kecepatan 150 knot dan alat ini dapat menahan dampak beban hingga 15 ton. Pesawat N219 Nurtanio dibanderol seharga US$6 juta atau sekitar Rp80 miliar.

Singapore Airshow adalah salah satu pameran dirgantara besar di Asia. Pada 2018, Singapore Airshow berhasil menyedot lebih dari 54 ribu pengunjung yang membelanjakan duit US$247 juta (sekitar Rp3,3 triliun) untuk akomodasi dan tiket.