4 Rahasia Luar Biasa Terungkap dari Tablet Berusia 5.000 Tahun
- bbc
"Memegang tablet yang ditulis ribuan tahun yang lalu dan berhasil membaca apa yang tertulis adalah perasaan yang luar biasa," ujar Dr Christina Tsouparopoulou dari Departemen Arkeologi, Universitas Cambridge.
Cuneiform atau aksara paku adalah bentuk tulisan tertua di dunia. Aksara ini pertama kali dipakai sebagai sarana berkomunikasi secara tulisan lebih dari 5.000 tahun yang lalu, dan diyakini sudah ada sebelum hieroglif Mesir.
"Ini seperti melakukan perjalanan waktu. [Membaca tablet cuneiform] melontarkan Anda ke ribuan tahun yang lalu dan menempatkan Anda pada posisi orang-orang yang hidup jauh sebelum kita," kata Dr Selena Wisnom, dari Departemen Arkeologi dan Sejarah Kuno, Universitas Leichester.
Aksara paku digunakan oleh peradaban yang tinggal di Mesopotamia, termasuk bangsa Sumeria dan Akkadia.
Dengan ujung kayu runcing ditekan ke tanah liat, tablet-tablet ini tahan api dan bisa bertahan sangat lama. Namun selama ribuan tahun, tidak ada yang bisa menerjemahkannya.
Setelah banyak percobaan dan kegagalan, aksara paku akhirnya bisa diuraikan di era Victoria. Para sejarawan sepakat, apa yang terkandung dalam tablet-tablet ini sungguh luar biasa.
"Begitu tulisan paku berhasil dipecahkan, banyak hal tak terduga terungkap," kata Dr Irving Finkel, Kurator di Departemen Timur Tengah British Museum.
1. Kisah bahtera Nuh yang mendahului Alkitab
"Bawa semua makhluk hidup naik ke atas kapal. Kapal yang akan kau buat".
Pada 1872, seorang sejarawan dan ahli Assyria bernama George Smith menerjemahkan tablet kesebelas dari Epic of Gilgamesh, dan menemukan untuk pertama kalinya kisah tentang banjir bandang.
Temuan tablet kuno yang dibuat ratusan tahun sebelum Alkitab ada, dengan kisah Bahtera Nuh tertulis di atasnya, membuat banyak orang era Victoria terkejut.
"Bawa semua makhluk hidup naik ke atas kapal. Kapal yang akan kau bangun," begitu terjemahan aksara paku yang ditemukan Smith.
Dr Finkel mengatakan, temuan ini `meledak` dan `sangat besar`. Kemiripannya lebih dari kesamaan umum dengan kisah-kisah tentang hewan dan kapal.
"Urutannya sama, dan banyak poin sangat mirip. Ini menunjukkan bahwa kisah yang sama sudah lebih dulu populer di Mesopotamia satu milenium sebelum penanggalan awal, ketika teks Ibrani tersebut diperkirakan muncul," imbuh Dr Finkel.
2. Penulis pertama dalam sejarah adalah perempuan
Bukan hal mudah menjadi seorang perempuan di Mesopotamia, namun mereka yang berasal dari keluarga berada diperlakukan cukup baik.
Penulis pertama yang diketahui dalam semua catatan sejarah adalah perempuan. Dia adalah seorang pendeta Akkadia, bernama Enheduanna.
"Enheduanna menunjukkan bahwa perempuan bisa mencapai posisi tinggi dan penting dalam agama Mesopotamia," kata Dr Selena Wisnom.
Selain itu, membaca tablet yang ditulis dengan aksara paku, kata Dr Tsouparopoulou, "Kita belajar banyak tentang masyarakat."
Kisah-kisah dalam berbagai tablet ini mengetengahkan banyak hal, mulai dari sistem kepercayaan, dinamika hubungan suami-istri, bahkan tentang transaksi bisnis di masa ribuan tahun yang lalu.
"Kita tahu dari cuneiform bahwa perempuan sangat berdaya. Kami telah melihat kontrak di mana perempuan diperbolehkan membeli rumah dan memegang kendali atas mahar mereka.
"Mereka juga boleh menjalankan bisnis dengan hak-hak sama, selama didampingi oleh suami," imbuhnya.
3. Kita menghitung waktu dengan cara kuno
Jika Anda pernah bertanya-tanya mengapa ada 60 detik dalam satu menit atau 360 derajat dalam satu lingkaran, itu karena bangsa Sumeria dan Akkadia menggunakan sistem penomoran sexagesimal.
"Artinya, mereka menghitung dengan dasar 60. Pembagian dan perkalian dengan 60, sementara kita sekarang cenderung menggunakan sistem desimal.
"Penghitungan waktu saat ini, 60 detik per menit dan 60 menit per jam, adalah warisan langsung dari tradisi akademik Mesopotamia," tambah Dr Finkel.
"Sungguh menakjubkan berapa banyak konsep yang kita anggap biasa saja dalam kehidupan modern ternyata bisa ditemukan pertama kali di Mesopotamia kuno. Konsep bahwa model matematika, gagasan bahwa kita bisa menggunakan data untuk memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa depan," kata Dr Wisnom.
"Ini adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan modern."
4. Mereka suka menulis surat, sama seperti kita
Warga Mesopotamia adalah orang-orang yang sangat suka berkorespondensi dengan surat.
Mereka akan mengirimkan tablet aksara paku disertai amplop kepada pedagang dan pelancong.
Jika dibandingkan, dalam banyak hal surat-surat ini sangat mirip dengan surat elektronik yang kita kirim sekarang.
Surat-surat itu, kata Dr Tsouparopoulou, umumnya dimulai dengan formula spesifik.
"Jika kita mengawali email kita saat ini dengan, `Saya harap Anda dalam keadaan baik`, mereka juga sama," katanya.
"Tapi ketika mereka sedang marah, mereka tidak akan menulis kalimat pembuka dan langsung menyampaikan maksud mereka dengan gamblang."
Selain menulis tentang harga-harga ternak, pajak, dan kuitansi di tablet mereka, para penulis aksara paku juga suka bergosip.
"Kami melihat surat-menyurat antara para perempuan yang mengeluh suami mereka tidak mengirim cukup uang ke rumah. Ada juga perbincangan soal tetangga seperti, `tetangga kita sedang renovasi rumah, kapan kita punya uang untuk renovasi rumah kita?`
"Hal-hal seperti ini benar-benar tertulis dengan aksara paku, dan kita bisa melihat bagaimana mereka juga punya kekhawatiran, keinginan, rasa cemburu, dan lain sebagainya," tutur Wisnom.
Saatnya untuk membuat lebih banyak cuneiform?
Dengan mempelajari masa lalu, kita dapat belajar banyak tentang diri sendiri dan dunia yang kita tinggali.
Namun rahasia yang terkuak di dalam tablet-tablet aksara paku ini bisa kita ketahui sekarang karena medianya yang sangat tahan lama.
Cara kita menulis dan menyimpan informasi kini telah sangat berkembang. Dan kemajuan teknologi membuat banyak hal menjadi usang dengan sangat cepat.
Pesan-pesan yang kita kirimkan setiap hari tersimpan di cloud. Seberapa besar kemungkinannya seseorang dapat membacanya kembali dalam 20 tahun, atau beberapa ribu tahun lagi?
"Ada sebuah proyek di Austria yang menuliskan 1.000 buku paling penting di era kita ke tablet-tablet keramik.
"Ini seperti sebuah lingkaran kehidupan. Peradaban manusia awalnya menulis di atas tanah liat, dan sekarang kita menulis di atas tanah liat dalam bentuk berbeda untuk melestarikan informasi yang ada," kata Dr Wisnom.
Telah ada banyak inisiatif untuk menjaga data digital supaya tidak hilang. Apakah terlepas dari semua teknologi luar biasa yang ada di ujung jari kita, metode kuno untuk merekam informasi adalah cara terbaik untuk melestarikan rahasia kita untuk generasi yang akan datang?
---
Artikel ini merupakan adaptasi dari BBC Ideas, The ancient secrets revealed by dechiphered tablets, diproduksi dengan konsultan akademik Dr Rodrigo Hernaiz-Gomez, Profesor Bahasa dan Linguistik dari Open University.