8 Macam Gerhana yang Harus Diketahui, Ada Hibrida dan Bintang

Gerhana Matahari.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Digital – Gerhana dapat menjadi peristiwa astronomi yang spektakuler. Peristiwa yang bisa menjadi alasan apik bagi layanan pariwisata demi melayani orang-orang yang ingin menyaksikannya.

Gerhana yang akan berlangsung pada Selasa hari ini, 8 November 2022, adalah Gerhana Bulan Total, yang bisa dilihat dari Amerika Utara dan Tengah, Asia – termasuk Indonesia – dan Oseania.

Gerhana Bulan Total setelah ini hanya akan terjadi pada Maret 2025, menurut laporan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA.

Gerhana Bulan terjadi ketika Bumi tepat berada pada garis lurus di tengah Matahari dan Bulan. Seluruh cahaya Matahari yang langsung ke Bulan akan terhalangi Bumi.

Akan tetapi, sinar Matahari masih mencapai permukaan Bulan secara tidak langsung, melalui atmosfer Bumi. Hal ini akan membuat penampakan Bulan seperti bermandikan cahaya kemerahan, kuning, atau jingga. Tapi ini hanya salah satu jenis-jenis gerhana.

"Secara umum, ada dua jenis gerhana, yaitu jenis-jenis Gerhana Bulan dan Matahari. Tapi, secara teknis ada jenis ketiga yang melibatkan dua bintang," tulis Juan Carlos Beamín, astrofisikawan dari Pusat Komunikasi Sains Universitas Otonom, Chile, seperti dikutip dari situs BBC, Selasa, 8 November 2022.

Berikut adalah deskripsi dari tiga jenis gerhana, dan perbedaan variannya:

Gerhana Bulan

Pengamatan gerhana bulan sebagian dari Manado oleh BMKG

Photo :
  • Twitter BMKG

Gerhana bulan terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan. Bumi menghalangi sinar Matahari. Dengan kata lain, selama peristiwa Gerhana Bulan, apa yang kita saksikan adalah bayangan dari Bumi di permukaan Bulan.

Lantas, ada tiga jenis Gerhana Bulan:

Selama Gerhana Bulan Total, NASA menjelaskan bahwa Bulan dan Matahari tepat berada tepat pada garis lurus Bumi. Meskipun Bulan berada di bawah bayangan Bumi, tapi sebagian sinar Matahari masih bisa mencapai Bulan.

Sinar Matahari melewati atmosfer Bumi, yang menyaring sebagian besar cahaya biru - oleh karena itu, selama fenomena ini, Bulan terlihat merah, dan kadang disebut sebagai 'Bulan Merah'.

"Karena diameter Bumi lebih besar lima kali dibandingkan diameter Bulan, maka bayangan yang jatuh menjadi lebih luas, sehingga Gerhana Bulan bisa berlangsung lebih dari 104 menit," demikian menurut NASA.

Sesuai dengan namanya, Gerhana Bulan Sebagian terjadi ketika hanya sebagian wilayah Bulan yang masuk ke dalam bayangan Bumi. Warna Bulan saat gerhana tergantung dari jaraknya dengan Bumi, semakin dekat semakin berwarna merah ati, namun kadang juga nampak seperti warna karat tembaga, atau abu-abu arang - mungkin muncul di area gelap permukaan Bulan.

Hal ini karena kontras antara area yang dijatuhi bayangan, dan area terang yang tidak dijatuhi oleh bayangan atau terkena sinar Matahari langsung. Menurut NASA, Gerhana Bulan Total adalah fenomena langka, sementara Gerhana Bulan Sebagian terjadi setidaknya dua kali dalam satu tahun.

- Gerhana Bulan Penumbra

Gerhana ini terjadi ketika Bulan melewati bayangan penumbra Bumi, yaitu bayangan yang jatuh lebih redup. Oleh karena itu, gerhana jenis ini tak begitu kentara, sehingga persepsi yang ditangkap mata manusia tergantung pada pada bagian Bulan yang masuk ke wilayah penumbra: semakin kecil, semakin sulit diamati.

Karena alasan ini, Gerhana Bulan Penumbra kerap kali tidak disebutkan dalam kalender umum, selain ilmuan.

Gerhana Matahari.

Photo :
  • NU Online

Terkadang, ketika Bulan mengitari Bumi, ia akan berada posisinya di antara Matahari dan planet kita. Bulan menghalangi cahaya dari Matahari, yang menyebabkan gerhana Matahari jika ditangkap dari Bumi.

Dengan kata lain, Bulan menjatuhkan bayangannya ke permukaan Bumi. Tetapi, ada juga tiga jenis Gerhana Matahari, dan ini berbeda satu sama lain, tergantung seberapa banyak bagian Bulan menutupi Matahari.

- Gerhana Bulan Total

Gerhana bulan total terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan berada pada posisi sejajar. Sinar matahari yang masuk ke Bumi sepenuhnya terhalang Bulan. Untuk beberapa detik (atau terkadang sampai bermenit-menit), langit menjadi gelap, dan tampak seperti malam hari.

"Gerhana Matahari Total hanya mungkin terjadi di Bumi karena kejadian kebetulan yang terkait dengan luar angkasa. Matahari 400 lebih lebar dari pada Bulan, tapi jaraknya juga 400 lebih jauh," ungkap NASA.

"Geometri itu artinya ketika terjadi posisi sejajar sempurna, Bulan menghalangi seluruh permukaan Matahari, menciptakan gerhana matahari total," tambah NASA. Garis yang menelusuri bayangan Bulan di permukaan Bumi disebut sebagai "jalur totalitas", dan di area kecil itulah akan terjadi kegelapan total.

Di kedua sisi jalur ini, sejauh ribuan kilometer, gerhana bisa dilihat sebagian. Semakin jauh Anda dari jalur totalitas ini, semakin kecil bagian Matahari yang tertutupi Bulan.

"Durasi Gerhana Matahari ini akan sangat bergantung "posisi Bumi terhadap Matahari, Bulan terhadap Bumi, dan bagian mana Bumi kejatuhan bayangan Bulan dan menjadi gelap. Secara teoritis, durasi terlama Gerhana Matahari bisa mencapai 7 menit dan 32 detik," tutur Beamin.

Mengenai frekuensinya kejadiannya, ini tidak sejarang yang Anda bayangkan: gerhana matahari bisa terjadi setiap 18 bulan. Yang benar-benar langka adalah Gerhana Matahari Total yang terjadi di tempat yang sama. Peristiwa ini bisa terjadi setiap 375 tahun sekali. Gerhana Matahari Total akan terjadi pada April 2023.

- Gerhana Cincin

Gerhana Matahari Cincin

Photo :
  • ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Ketika Bulan lebih jauh dari Bumi, dan tampak 'lebih kecil', ini tidak sepenuhnya menutupi permukaan Matahari. Dengan demikian, nampak bentuk lingkaran luar dari Matahari di sekeliling Bulan, dan peristiwa ini disebut sebagai Gerhana Matahari Cincin.

Sama halnya seperti saat Gerhana Matahari Total, selama fenomena ini terdapat 'jalur anularitas' di mana gerhana dilihat sebagai cincin. Di setiap sisi jalur ini, pada gilirannya, terdapat wilayah yang terdampak.

Pada Oktober 2023, Gerhana Cincin akan bisa dilihat di Amerika Utara dan Selatan. Menurut NASA, gerhana jenis ini biasanya berlangsung paling lama, saat cincin itu muncul bisa berlangsung lebih dari sepuluh menit, tapi rata-rata berlangsung tidak lebih dari lima atau enam menit.

Beamín menjelaskan bahwa gerhana hibrida adalah fenomena yang terjadi "ketika Bulan berada pada jarak di mana ia bisa menutupi Matahari sepenuhnya, tapi pada pergerakannya, ia bergerak sedikit menjauh dari Bumi, dan berhenti menutupi Matahari, lalu berubah menjadi gerhana cincin."

"Gerhana ini bisa juga dimulai dari gerhana cincin, dan kemudian sedikit lebih mendekati menjadi gerhana total," tambah Beamín.

Gerhana hibrida cukup langkah (terhitung hanya terjadi 4% dari seluruh gerhana matahari), menurut Instituto de Astrofísica de Canarias (IAC).

Data dari Nasa menyebutkan gerhana hibrida ini terakhir terjadi pada 2013, dan kita akan masih menunggu sampai 20 April 2023 untuk menyaksikannya kembali, hal ini bisa dilihat di Indonesia, Australia, dan Papua Nugini.

Tidak semua gerhana hanya melibatkan Matahari dan Bulan: bintang nan jauh di sana juga bisa mengalami gerhana.

"Lima puluh persen dari bintang-bintang adalah bagian dari sistem dua bintang atau lebih," jelas Beamín di dalam bukunya "Illustrated Astronomy" yang bisa diakses secara gratis di internet.

"Karena ada begitu banyak bintang di galaksi kita, beberapa dari bintang biner itu [sistem bintang yang terdiri dari dua bintang yang mengitari pusat massa yang sama] mengorbit di bidang yang sangat sejajar dengan Bumi, jadi pada bagian tertentu dari orbitnya, satu bintang lewat di depan yang lain, mengaburkannya, "tambahnya.

"Bintang ganda ini disebut gerhana bintang biner [eclipsing binary stars]".