Masih Jadi Perdebatan, Apa Bedanya Tornado dan Angin Puting Beliung?

Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Bandung menjelaskan bahwa angin kencang yang terjadi daerah Rancaekek, Kabupaten Bandung, adalah tornado kecil yang miliki kecepatan mencapai 36,8 km/jam.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andrew Tito

Jakarta – Pada sore Rabu, 21 Februari 2024, wilayah Kabupaten Bandung dan sebagian Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dilanda angin puting beliung yang dahsyat, menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan, pohon yang tumbang, dan lebih dari 20 orang mengalami luka-luka.

Saat kejadian puting beliung terjadi, beberapa warga merekam peristiwa tersebut yang kemudian videonya menjadi viral di media sosial.

Menurut penjelasan dari Pakar klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, angin kencang tersebut sebenarnya merupakan badai tornado.

Penampakan angin tornado di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Rabu 12/2

Photo :
  • Ist

"Dapatkah kalian sekarang percaya bahwa badai tornado dapat terjadi di Indonesia? KAMAJAYA telah memprediksi "extreme event" pada tanggal 21 Februari 2023," ujar Erma di akun Twitter X.

Erma juga menyatakan bahwa durasi angin kencang tersebut berlangsung lebih lama daripada kebiasaan puting beliung di Indonesia. lalu apa perbedaan tornado dan angina putting beliung? Simak informasinya di bawah ini:

Perbedaan Tornado dan Angin Puting Beliung

Dilansir dari  laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Jumat, 23 Februari 2024,  menjelaskan bahwa istilah "puting beliung" digunakan di Indonesia untuk merujuk kepada tornado yang berskala kecil. Tornado dan puting beliung terjadi di daratan, sementara jika terjadi di perairan seperti laut atau danau, fenomena tersebut disebut dengan istilah "water spout."

Puting beliung, tornado, water spout, dan siklon semuanya merupakan fenomena atmosfer yang terjadi dalam bentuk pusaran. Meskipun demikian, perbedaan utamanya terletak pada ukuran diameter.

Angin tornado terjadi di Rancaekek, Bandung

Photo :
  • Ist

Tornado, puting beliung, dan water spout memiliki diameter yang relatif kecil, biasanya hanya ratusan meter, sementara siklon bisa memiliki diameter hingga ratusan kilometer. Kerusakan yang disebabkan oleh terjangan tornado diukur menggunakan skala yang dikenal sebagai Fujita Scale, yang memiliki rentang dari F0 hingga F5.

Menurut Sigit Bayhu Iryanthony dalam penelitiannya yang berjudul "Pengembangan Modul Kesiapsiagaan Bencana Angin Puting Beliung untuk Mahasiswa Pendidikan Geografi UNNES" (2015), angin puting beliung merupakan fenomena angin kencang yang berputar, yang berasal dari awan kumulonimbus dengan kecepatan angin melebihi 34,8 Knot atau sekitar 64,4 km per jam, dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat.

Fenomena tersebut dipicu oleh perbedaan tekanan yang sangat besar di area lokal yang berada di bawah atau sekitar awan kumulonimbus.

Di sisi lain, penelitian oleh Fazrul Rafsanjani Sadarang dan rekan-rekannya dalam karya "Sebaran Puting Beliung di Pulau Jawa" (2018) mengungkapkan bahwa puting beliung cenderung terbentuk saat musim pancaroba dan musim hujan, sering terjadi di siang hingga sore hari antara pukul 12.00 WIB hingga 18.00 WIB.

Kondisi tersebut disebabkan oleh posisi matahari yang memberikan pemanasan maksimal selama musim tersebut. Sinar matahari menjadi sumber energi utama yang digunakan untuk proses konveksi yang membentuk awan konvektif kumulonimbus.

Penting untuk dicatat bahwa kejadian puting beliung di suatu lokasi cenderung tidak berulang dalam waktu yang singkat di tempat yang sama.