Liga 1 2017 Tak Sempurna, Gelar Juara Bhayangkara FC Ternoda

Bhayangkara FC saat juara Liga 1 2017.
Sumber :
  • VIVA/Syahrino Putama

VIVA – Bhayangkara FC keluar sebagai juara Liga 1 2017. Skuat berjuluk The Guardian merayakan kemenangan ketika berhadapan dengan Persija Jakarta di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Minggu 12 November 2017.

Ketika itu tim besutan Simon McMenemy memang kalah 1-2 dari Persija. Akan tetapi, posisi mereka di puncak klasemen tidak bisa lagi digeser oleh pesaing terdekat.

Di akhir musim, Bhayangkara dan Bali United sama-sama mengumpulkan 68 poin. The Guardian berada di puncak karena unggul head to head dari Serdadu Tridatu.

Dari 34 pertandingan Liga 1, jumlah kemenangan Bhayangkara FC dan Bali United cuma selisih satu pertandingan. Dan keunggulan itu didapatkan Otavio Dutra dan kawan-kawan dengan cara kontroversial.

Sakitnya Bali United

PSM Makassar menjamu Bali United dalam laga pekan ke-33 Liga 1 di Stadion Andi Mattalatta, Senin 6 November 2017. Pertandingan berlangsung sengit dan cenderung keras, mengingat kedua tim sama-sama memburu kemenangan guna menjaga asa menjadi juara.

Ketika itu PSM menduduki tempat ketiga dan masih bisa mengejar ketertinggalan poin dari Bhayangkara FC dan Bali United yang berada di atasnya. Asa mereka terbuka lebar, mengingat dukungan publik Makassar amat besar.

Sedangkan Bali United datang dengan tekad besar. Mereka tak ingin kehilangan harapan untuk terus bersaing dengan Bhayangkara FC pupus begitu saja. Skuat asuhan Widodo Cahyono Putro bermain militan meski terus diserang sejak menit awal.

Kebahagiaan Bali United tiba ketika pertandingan sudah memasuki menit 90+5. Umpan silang mendatar yang disetorkan Sylvano Comvalius diteruskan dengan baik oleh Stefano Lilipaly untuk memupuskan harapan tim tuan rumah.

Tak berselang lama, wasit Murzabekov Eldos meniupkan peluit tanda pertandingan usai. Pemain Bali United melakukan selebrasi di hadapan pendukung PSM, yang justru memicu kemarahan. Irfan Bachdim dan kawan-kawan mesti dikawal polisi untuk meninggalkan lapangan dan diamankan dari timpukan penonton.

Teror terus dirasakan oleh skuat Sedadu Tridatu. Mereka tidak bisa segera keluar dari ruang ganti karena suporter PSM mengepung di luar. Polisi bersenjata lengkap terlihat bersama pemain Bali United dan pintu ruang ganti diganjal meja agar tidak bisa didobrak.

Raut wajah cemas memang nampak dari wajah para pemain Bali United. Namun, kebahagiaan menjaga peluang juara kompetisi kasta tertinggi di Indonesia membuat mereka sedikit bisa tersenyum menghadapi situasi menegangkan.

Kembali ke Pulau Dewata dengan penuh harapan. Para pemain Bali United justru dibuat kecewa oleh keputusan Komisi Disiplin PSSI satu hari sesudahnya. Secara mengejutkan keluar hukuman kepada Mitra Kukar yang dianggap menurunkan pemain ilegal saat melawan Bhayangkara FC.

Alhasil, klub berjuluk Naga Mekes dinyatakan kalah 0-3 dari Bhayangkara FC. Padahal di laga sebenarnya, kedua tim bermain imbang. Tambahan dua poin membuat jumlah poin skuat asuhan Simon McMenemy tak bisa lagi dikejar oleh Bali United.

Sikap kecewa dan marah langsung dicurahkan oleh pemain Bali United. Comvalius yang baru saja memecahkan rekor pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah kompetisi di Indonesia menyebut Liga 1 ibarat pertunjukan sulap.

"Selamat datang ke acara sirkus. Siapa yang ingin melihat sulap. Apapun yang terjadi kita patut bangga musim ini. Bersama-sama kita melakukan pekerjaan yang luar biasa. Mari berharap dan berdoa untuk akhir yang baik," tulis Comvalius dalam Instagram pribadinya.

Segala perjuangan keras yang dilakukan Bali United dan upaya melawan rasa takut ketika bertandang ke markas PSM sia-sia begitu saja. Wajar bila mereka kecewa dan marah kepada keputusan Komdis PSSI dengan mengutarakan kecaman-kecaman keras.

Selanjutnya

Musim Penuh Kontroversi

Liga 1 2017 hampir setiap pekannya memunculkan kontroversi. Keributan antarpemain, ofisial, dan suporter ditambah kepemimpinan wasit yang buruk kerap menghiasi pemberitaan media massa. Persepsi yang berkembang di masyarakat pun berubah jadi negatif.

Untuk meredam citra buruk Liga 1 2017, PT Liga Indonesia Baru (LIB) memutuskan untuk memanggil wasit asing. Keputusan tersebut dimulai pada putaran kedua, dan sudah lebih dahulu diadakan evaluasi.

Akan tetapi, keputusan tersebut tak juga memutuskan semua pihak. Borneo FC, Madura United, dan Persib Bandung, adalah klub yang terang-terangan menyatakan telah dirugikan oleh keputusan wasit asing.

Presiden Borneo FC, Nabil Husein dijatuhi hukuman oleh Komdis PSSI karena melakukan intimidasi kepada wasit asing. Sedangkan panitia pelaksana pertandingan Madura United dihukum karena lalai menjaga keamanan, menyusul adanya kekerasan yang dilakukan suporter kepada wasit asing.

Manajer Madura United, Haruna Sumitro, secara terang-terangan kepemimpinan wasit asal Iran, Hasan Akrami ketika itu memang merugikan timnya. Tak ayal suporter menjadi beringas dan mengejar hingga ke dalam lapangan.

“Kita tahu peristiwa hari ini [Jumat malam] sungguh sangat memalukan. Wasit asing telah memberikan contoh tidak baik. Saya sudah lama menahan diri untuk tidak berbicara kepemimpinan wasit, siapa pun. Sejak awal kami mendukung wasit asing,” tutur Haruna.

Haruna memang tidak menunjuk langsung tudingannya tersebut. Dia mengambil kesimpulan berdasarkan catatan sebaran wasit asing yang dianggap tidak merata kepada klub peserta Liga 1.

“Sebaran dan proporsi wasit asing tidak seimbang, sehingga rasanya wasit asing hanya petugas membawa pesanan the invisible hand. Tangan-tangan yang menggerakkan wasit ini siapa, tentunya menjadi tugas semua, media, federasi untuk melakukan pengusutan,” imbuhnya.

Tak lama dari kejadian buruk di Madura, kepemimpinan wasit asing kembali dipertanyakan. Shaun Evans yang berasal dari Australia membuat pendukung Persib kecewa. Tak cuma sekali, saat dia tidak mengesahkan gol Ezechiel N'Douasel ke gawang Persija Jakarta, tetapi juga saat memutuskan Maung Bandung kalah walk out.

Ketika pertandingan memasuki babak kedua, pemain Persib nampak menepi ke bangku cadangan. Di sana sudah berdiri Umuh Muchtar selaku manajer yang melancarkan protes akibat timnya tak diberi hadiah penalti.

Melihat gelagat tidak beres, Evans tanpa ragu meniupkan peluit panjang. Sontak pemain Persib terkejut. Mereka tidak menyangka akan dianggap walk out oleh wasit. Usai pertandingan, berbagai komentar muncul, termasuk pembelaan dari Maung Bandung.

"Kenapa saya melakukan hal itu bisa melihat dari rekaman. Jangan sampai sembarangan menghukum ya. Kita akan protes yang 100 persen gol itu pula. Wasit lokal tidak pernah kejadian seperti itu," kata Umuh.

Dengan rentetan kontroversi hingga akhir musim Liga 1 2017, PT LIB pun mengakui masih banyak kekurangan dari pihaknya. Semua yang telah terjadi akan jadi bahan evaluasi, dan akan diperbaiki pada musim berikutnya.

"Kami akui masih banyak kekurangan dari kompetisi. Semua akan jadi bahan evaluasi untuk musim depan. LIB umurnya baru setahun, sehingga masih banyak yang harus dipelajari lagi," kata Chief Operating Officer (COO) PT LIB, Tigorshalom Boboy.