Begini Seharusnya Generasi Muda Lawan Konten Flexing

Generasi muda atau milenial.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Kemajuan teknologi komunikasi di era digital saat ini memungkinkan semua orang  menyampaikan gagasan dan informasi kepada khalayak luas. Namun seperti dua sisi mata uang, majunya teknologi komunikasi juga memunculkan bahaya terselubung bagi generasi muda.

Mereka bisa tersesat dalam derasnya arus informasi yang tak jarang mengandung hoax atau kabar bohong yang disebarkan pihak tak bertanggungjawab. Di titik inilah, anak-anak muda Indonesia memerlukan kemampuan berpikir kritis, kreatif serta solutif dalam menyaring informasi dan menjawab permasalahan yang ada saat ini dan masa mendatang.

Cara agar generasi muda memiliki pola pikir tersebut dipaparkan oleh praktisi komunikasi, Roro Ajeng Sekar Arum. Wanita yang berprofesi sebagai Digital Strategist dan Content Writer ini mengatakan kemampuan berpikir kritis, kreatif serta mampu menghasilkan solusi merupakan bagian dari metode design thinking yang dapat diterapkan oleh generasi muda dalam permasalahan di berbagai bidang.

Praktisi Komunikasi, Roro Ajeng Sekar Arum

Photo :
  • ist
 

Roro mencontohkan saat ini bermunculan berbagai macam bentuk konten yang tidak sehat untuk masyarakat, terlebih kaum muda, yang perlu ditangkal melalui metode design thinking. Salah satu yang  sedang marak adalah konten bernuansa flexing atau dapat dipahami sebagai pamer harta dan gaya hidup mewah di media sosial.

"Di era industri 4.0 ini, seseorang dapat dengan mudah bercerita melalui media sosial atau platform lainnya. Namun ini dapat menjadi bumerang, karena informasi tersebut belum tentu benar," katanya.

"Contohnya konten flexing yang sedang ramai di kalangan para content creator atau influencer, informasi dari mereka belum tentu benar. Banyak influencer yang tertangkap berbohong saat melakukan flexing. Bayangkan bila kita tidak berpikir kritis, kita pasti termakan oleh kebohongan tersebut. Untuk itu, kita harus lebih berhati-hati dan harus selalu kritis dalam menganggapi informasi yang sampai kepada kita," sambungnya.

Ilustrasi anak muda.

Photo :
  • Freepik/freepik

Menurut Roro, dengan kemampuan berpikir kritis, seseorang akan berpikir secara perlahan dan melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang. Mereka akan mempertimbangkan data dan fakta sebelum mengambil keputusan.

Dengan demikian, keputusan yang diambil akan lebih sesuai dengan permasalahan yang ada karena dipikirkan secara matang dan hasilnya pun tidak bias.

Selain berpikir secara kritis, para generasi muda juga diharapkan mampu berpikir secara kreatif dalam menghadapi suatu permasalahan. Dengan berpikir kreatif, seseorang mampu melihat berbagai opsi penyelesaian atas berbagai permasalahan yang ada.

Jika suatu opsi dianggap tidak sesuai dengan permasalahan dan visi yang dimilikinya, orang tersebut akan berusaha mencari
inspirasi demi memunculkan ide dan gagasan baru yang lebih tepat.

"Dengan berpikir kreatif berarti kita berusaha melatih diri kita untuk menemukan ide dan gagasan baru serta mengurai overthinking akan suatu permasalahan. Jika kita sudah terbiasa  melakukan hal tersebut, lambat laun kita juga akan terbiasa untuk menyelesaikan masalah  dengan cara efektif dan efisien. Hal ini yang kelak akan membuat generasi muda Indonesia menjadi tangguh dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks, karena selalu memiliki solusi atas permasalahan yang ada," kata Roro.

Ia melanjutkan, panduan berpikir kritis, kreatif dan solutif inilah yang disebut sebagai design thinking. Dengan mengadopsi metode tersebut, generasi muda diarahkan untuk dapat menyampaikan ide dan gagasan terhadap permasalahan yang ada secara efektif berdasarkan bukti data yang akurat.

Ia menyampaikan itu dalam pelatihan Leadership Development Beswan Djarum 2021/2022 yang diikuti oleh lebih dari 520 mahasiswa penerima program Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum) Angkatan 2021/2022 dari 90 universitas di Indonesia. Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, Lounardus Saptopranolo mengatakan materi Design Thinking in Written Communication ini diberikan kepada para Beswan Djarum dengan tujuan agar generasi muda lebih berhati-hati mengolah informasi yang diperolehnya. 

"Kami berharap soft skills yang diajarkan kepada para Beswan Djarum ini dapat menjadi modal bagi generasi muda dalam membentengi diri terhadap informasi yang tak berdasar dan juga berpikir kritis sehingga dapat berkontribusi bagi masyarakat dengan cara memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari, baik di masa kini maupun masa mendatang," katanya.