Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia: Angka Indonesia Melebihi 300%

Ilustrasi bunuh diri.
Sumber :
  • Pexels

VIVA Lifestyle – Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, diperingati setiap 10 September setiap tahunnya. Emotional Health for All Foundation (EHFA), menemukan bahwa bunuh diri merupakan salah satu isu penting kesehatan publik dunia yang mengakibatkan kematian orang muda terbanyak di berbagai negara.

EHFA menyebutkan bahwa 77 persen bunuh diri terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah seperti di Indonesia, di mana belum ada strategi nasional, sementara situasi riil bunuh diri masih belum banyak diketahui karena terbatasnya akses terhadap data statistik tersebut.

Scroll untuk tahu informasi selengkapnya.

"Untuk mengembangkan strategi pencegahan bunuh diri secara nasional di Indonesia, kami bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI dan WHO Indonesia sejak 2021, di mana kami menemukan sejumlah data yang cukup mengejutkan," ungkap Ketua EHFA, Dr. Sandersan Onie, dalam keterangannya, Sabtu 10 September 2022. 

Studi komprehensif terbesar tentang bunuh diri di Indonesia dilaksanakan, dengan lebih dari 100 jam wawancara mendalam untuk menginvestigasi beragam aspek bunuh diri di Indonesia. 

Kasus bunuh diri

Photo :
  • U-Report

"Kami menganalisis data dari pemerintah, termasuk survei desa potensi, dan data kepolisian, di mana hasil dan rekomendasinya kami sampaikan pada kesempatan ini," ujarnya. 

Hasil penelitian
Hasil temuan menunjukkan bahwa masih banyak angka bunuh diri yang tidak dilaporkan di setiap negara, dan yang tercatat merupakan angka resmi vs. angka perkiraan. Tingkat pelaporan yang kurang sebesar 50 persen menunjukkan bahwa perkiraan tingkat adalah 150 persen dari tingkat resmi. Sementara, rata-rata tingkat laporan yang tidak tercatat adalah antara 0 – 50 persen di dunia.

“Namun, ditemukan bahwa angka kejadian bunuh diri di Indonesia yang tidak dilaporkan diperkirakan lebih dari 300 persen, atau angka sesungguhnya bisa minimal 4 kali lipat dari yang dilaporkan, dan hal ini merupakan prosentase tertinggi dari jumlah kejadian yang dilaporkan secara nasional di dunia,” terang dia.

Lebih lanjut, Sandersan menjelaskan bahwa tingkat laporan yang tidak tercatat karena beragam alasan termasuk perbedaan standar dan sistem pencatatan bunuh diri di rumah sakit, sementara banyak keluarga masih menyembunyikan kejadian bunuh diri akibat rasa malu dan stigma masyarakat.

Ilustrasi pencabulan wanita

Photo :
  • Istimewa/Supriadi Maud/VIVA.

Hasil riset menunjukkan bahwa provinsi dengan kejadian bunuh diri tertinggi ditemukan di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Maluku Utara dan Kepulauan Riau, sedangkan provinsi dengan tingkat upaya bunuh diri tertinggi ditemukan di Sulawesi Barat, Gorontalo, Bengkulu, Sulawesi Utara dan Kepulauan Riau.

“Untuk setiap kematian akibat bunuh diri, kemungkinan terdapat 8 hingga 24 kali upaya percobaan bunuh diri, dengan penyebab tertinggi diakibatkan oleh tekanan psikologis, penyakit kronis dan masalah keuangan," tuturnya. 

Sandersan menuturkan bahwa faktor risiko bunuh diri termasuk masalah keluarga, masalah keuangan, dan kesepian.

"Meski demikian, terdapat sejumlah faktor protektif yang dapat mencegah terjadinya bunuh diri, meliputi komunitas, akses ke perawatan psikologis, serta agama," ucap Sandersan menambahkan.

ilustrasi bunuh diri.

Photo :
  • VIVA.co.id/Andry Arifin

Penelitian menemukan bahwa terdapat kelompok-kelompok independen yang juga berperan dalam beberapa upaya pencegahan bunuh diri, namun mayoritas upaya tersebut tidak maksimal, tidak terkoordinasi dan seringkali tidak didasarkan pada penelitian kontekstual yang baik.

Langkah pencegahan bunuh diri
Sandersan menyampaikan, sebagai upaya pengembangan program Strategi Pencegahan Bunuh Diri Nasional, tim peneliti merekomendasikan sejumlah langkah. 

Adapun rekomendasi tersebut meliputi perlunya kebijakan nasional melalui kerjasama dengan institusi terkait, pengentasan moralisasi bunuh diri dari sisi agama, peningkatan penelitian akademis secara terlatih dan sistemik, pembentukan asosiasi lintas disiplin sebagai pengawasan upaya pencegahan bunuh diri, melakukan intervensi dengan pembatasan sarana bunuh diri, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan akademis tentang bunuh diri sebagai upaya pencegahan bunuh diri berdasarkan situasi, kondisi dan kearifan lokal setempat.

"Rekomendasi ini dibuat berdasarkan temuan data yang baru,” jelas Dr. Sandersan.

Pemberitaan ini tidak untuk menginspirasi dan diimbau Anda tak menirunya. Jika Anda merasakan gejala depresi, permasalahan psikologi yang berujung pemikiran untuk melakukan bunuh diri segera konsultasikan ke pihak-pihak yang dapat membantu Anda seperti psikolog, psikiater atau klinik kesehatan mental.