Pria Negara Ini Banyak Lakukan Pembesaran Penis, tapi Berakhir Tragis
- Pixabay/pexels
VIVA – Memliki penis besar seolah menjadi obsesi bagi banyak pria. Maka tak jarang dari mereka yang melakukan operasi pembesaran penis. Ini seperti yang terjadi di Papua Nugini.
Namun, sebuah laporan terbaru menyebut bahwa jumlah prosedur pembesaran penis yang gagal di negara itu meningkat. Hal ini menjadi sangat memprihatinkan, sehingga mendorong dokter menetapkannya sebagai masalah nasional.
Seperti dilansir dari New York Post, pria di negara Pasifik barat daya ini kerap menyuntikkan diri mereka dengan zat-zat seperti silikon dan minyak kelapa dalam upaya untuk membuat alat kelamin mereka lebih besar.
Masalahnya begitu merajalela di wilayah itu sehingga Akule Danlop, seorang dokter di Rumah Sakit Umum Port Moresby mengatakan, dia melihat sebanyak 500 pasien dengan suntikan yang gagal dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, ia merawat tujuh pasien dengan masalah tersebut beberapa hari lalu.
“Saya telah melihat lima kasus baru setiap pekan selama dua tahun terakhir dan ini adalah kasus-kasus yang perlu perawatan,” kata Danlop.
Setidaknya ada 90 orang yang ditangani karena kelainan bentuk penis akibat suntikan. Beberapa di antaranya kehilangan kemampuan untuk ereksi setelah melakukan injeksi.
“Sebagian besar dari mereka memiliki massa (kelamin) yang abnormal dan kental yang tumbuh di atas penis dan kadang-kadang melibatkan skrotum. Kebanyakan menjadi borok dan terbuka lebar,” ujarnya.
Danlop menambahkan, beberapa dari mereka mengalami kesulitan buang air kecil karena kulupnya bengkak, sehingga tidak bisa berkontraksi. Para korban suntikan yang gagal ini berasal dari semua lapisan masyarakat. Namun, Danlop mengatakan mayoritas dari mereka berusia antara 18 hingga 40 tahun, meski ada juga pasien berusia 16 tahun dan 55 tahun.
Suntikan ini tidak hanya menciptakan masalah bagi pasien, tapi juga menguras tenaga medis, sehingga membuat sulit untuk merawat pasien dengan penyakit lain. Danlop sendiri merupakan satu-satunya ahli bedah di wilayah ini yang mampu menangani masalah tersebut. Masalah itu kemudian menghabiskan banyak waktunya.
"Ada kanker, ada kondisi lain (yang perlu diobati). Agak frustrasi melihat kasus ini ketika Anda memiliki pasien yang pantas mendapatkan (bantuan) dan orang-orang ini membuat diri mereka terluka, mereka melakukannya untuk diri mereka sendiri,” tutur dia.
Banyaknya kasus tersebut karena mereka melakukan prosedur itu bukan pada ahlinya. Profesor kesehatan produksi, kebidanan dan kandungan di University of PNG, Glen Mola mengatakan bahwa banyak pria muda ditipu dengan iming-iming bisa membesarkan alat vital mereka demi mendapatkan sejumlah uang, namun berakhir pada cidera serius.
"Itu dilakukan tidak sesuai prosedur dan dapat menyebabkan kerusakan parah. Dalam beberapa kasus dapat berarti Anda tidak bisa lagi berhubungan seks," ucapnya. (ase)