Jari Kaki Alami Memar Keunguan? Hati-hati Tanda Corona

virus Corona
Sumber :

VIVA – Meningkatnya kasus COVID-19 di dunia membuat masyarakat sangat berhati-hati. Tidak hanya itu, masyarakat juga semakin concern untuk mencari tau mengenai seluk beluk penyakit yang menyerang pernafasan ini, termasuk mengenai gejala atau ciri-ciri jika seseorang terpapar virus corona.

Biasanya orang yang terpapar akan mengalami gejala yang sama mulai dari batuk kering, demam, dan perubahan atau kehilangan rasa atau bau. Kondisi ini biasanya berkembang seiring waktu, tidak seperti flu yang berlangsung cukup cepat.

Tetapi, baru-baru ini sebuah penelitian mengungkapkan gejala baru dari COVID-19. Para ahli di Liga Internasional Masyarakat Dermatologi dan Akademi Dermatologi Amerika, mengungkap pasien COVID-19 bisa mengalami gejala ruam di kaki yang dilaporkan bisa berlangsung berbulan-bulan.

Baca juga:Gelaran Fashion Show Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan

Dilansir dari laman Daily Star, peradangan biasanya berkembang dalam empat minggu setelah tertular dan dapat menyebabkan jari kaki bengkak atau berubah menjadi ungu. Dilaporkan gejala ringan dan kaki kembali normal dalam beberapa minggu.

Peneliti utama dari International COVID-19 Dermatology Registry, Esther Freeman, mengatakan kepada kantor bahwa nampaknya ada sub-kelompok pasien tertentu yang, ketika seseorang yang tertular COVID, mereka mengalami peradangan di jari-jari kakinya, yang memar dan bengkak, dan kemudian berubah menjadi ungu.

"Dalam banyak kasus, itu diselesaikan sendiri dan hilang.  Ini relatif ringan. Itu berlangsung rata-rata sekitar 15 hari. Tapi kami telah melihat pasien berlangsung selama satu atau dua bulan," kata dia.

Esther Freeman menambahkan,, yang sangat mengejutkan adalah ketika gejala itu melampaui 60 hari. 

"Ini fakta bahwa beberapa pasien kami berada di atas 150 hari sekarang - ini adalah pasien dengan jari kaki merah atau ungu atau bengkak selama berbulan-bulan," kata dia. 

Dia menyebut bahwa tanda ini bisa menjadi indikasi Long COVID di sistem organ lain. 

"ini adalah pertama kalinya kami menyadari ini bisa terjadi di kulit juga," tutur Esther Freeman.

Dia melanjutkan, kulit dapat dilihat sebagai jendela ke seluruh tubuh karena peradangan yang dapat dilihat dan dapat menjadi indikasi peradangan di tempat lain.

"Saya pikir itu menimbulkan banyak pertanyaan tentang jenis peradangan yang terjadi apakah ada peradangan di tempat lain di tubuh? Kami belum benar-benar tahu jawabannya," kata dia.

Saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun,

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu