Efikasi Vaksin COVID-19 Sinovac 65,3 Persen, Mampukah Turunkan Kasus?

Ilustrasi vaksin.
Sumber :
  • Freepik/jcomp

VIVA – Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI resmi memberikan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin COVID-19 Sinovac. Salah satu faktor pemberian EUA itu adalah dengan terbuktinya efikasi hingga 65,3 persen. Lalu, mampukah vaksin ini menurunkan kasus COVID-19?

Uji klinis fase 3 vaksin yang diberi nama CoronaVax itu dilakukan di tiga negara, yakni Turki, Brasil, dan Indonesia. Sejak bulan Agustus 2020, sebanyak 1.600 subjek di Bandung menjadi relawan resmi dari uji klinis tersebut. Para relawan pun telah diberikan suntikan sebanyak dua dosis dengan rentang penyuntikan selama tiga bulan.

Lantas, bagaimana hasilnya? Apa khasiat yang mampu diberikan vaksin tersebut? Berikut rangkumannya.

Hasil 65,3 persen

Juru bicara vaksinasi COVID-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Lucia Rizka Andalusia mengatakan bahwa efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen. Hasil tersebut didapatkan dari jumlah kasus terinfeksi pada seluruh relawan di Bandung.

"Untuk penghitungan efficacy rate dari uji klinis di Bandung dengan subjek 1.600, dengan interim analisis sesuai dengan penghitungan statistik, kita menargetkan 25 kasus terinfeksi. Jadi angka 65,3 persen itu dari 25 kasus terinfeksi," terangnya, dalam konferensi pers virtual, Senin, 11 Januari 2021.

Menurunkan kasus COVID-19

Data-data hasil evaluasi pun telah diterima BPOM, termasuk mengenai efikasi atau khasiatnya sebesar 65,3 persen. Menurut BPOM, angka tersebut sudah memenuhi standar WHO, yakni di atas 50 persen.

"Efikasi adalah estimasi bagaimana nanti efektivitasnya (vaksin). Di atas 50 persen itu sudah ada jaminan, ada harapan vaksin akan menurunkan kejadian penyakit," tutur Kepala BPOM, Penny, dalam kesempatan yang sama.

Pantau pasca vaksinasi

Efikasi sendiri berarti perhitungan yang digunakan sebagai bentuk efektivitas suatu zat, dalam hal ini adalah vaksin. Di proses uji klinis, hal tersebut didapatkan dari perbandingan jumlah yang terinfeksi dan sudah divaksin dengan relawan yang terinfeksi namun diberikan plasebo.

Apabila program vaksinasi dimulai, pihak BPOM pun akan terus memberikan pemantauan akan efikasi tersebut. Dengan begitu, hasil efikasi akan terus dihitung.

"Nanti masuk ke dalam perhitungan terus ya pemantauan dari efikasinya. Nanti juga akan menunjukkan efektivitas vaksin tersebut pada saat sudah di populasi. Jadi sesudah program vaksinasi itu dilakukan," tuturnya lagi.

"Itu masuk jadi pemantauan dan akan jadi perhitungan dari efikasi dalam jangka yang panjang. Karena efektivitas vaksin itu baru kita ketahui setelah ada di populasi," sambungnya.

Ingat, saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun,

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu