JPKL Terus Upayakan Pelabelan di Galon Guna Ulang
- Ist
VIVA – Ketua Jurnalis Peduli Kesehatan dan Lingkungan, Roso Daras masih mengupayakan mengenai label peringatan pada kemasan galon guna ulang yang memakai kemasan plastik dengan kode No 7. Ia berdalih Roso tak akan mundur dalam mengedukasi masyarakat agar bayi, balita dan janin tidak terpapar BPA.
Menurut Roso Daras, konsumsi harian masyarakat yang paling banyak selama ini adalah menggunakan wadah plastik polikarbonat yang mengandung BPA pada kemasan galon guna ulang atau galon isi ulang. Lalu, Roso menilai kurangnya kontrol perjalanan galon isi ulang pada mata rantai distribusi dari pabrik hingga konsumen. Hal itu buat sangat rentan terhadap terik sinar matahari yang dapat membuat migrasi BPA pada kemasan galon plastik No.7.
Selain itu, Roso Daras telah membaca berbagai penilitian di luar negeri yang menyebut betapa berbahayanya BPA. Dari hasil penelitian tersebut, Roso Daras menyimpulkan Bisphenol A yang terkandung di dalam plastik berbahaya bagi bayi karena dapat mempengaruhi berat badan lahir, perkembangan hormonal, perilaku dan resiko kanker di kemudian hari.
"Betapa ketinggalannya kita. Di luar negeri penelitian BPA sudah pada kesimpulan bahwa BPA berbahaya bagi otak orang dewasa. Sementara di sini, JPKL hanya memperjuangkan agar tidak ada toleransi BPA bagi bayi, balita dan janin, dengan BPOM memberikan Label Peringatan Konsumen pada kemasan," katanya melalui keterangan tertulis.
Menurut Roso Daras, pada awal 2021 ada dua penelitian internasional tentang bahaya BPA yang dipublikasikan. Pada Januari 2021, peneliti gabungan dari Thailand, Jepang dan USA merilis hasil penelitian efek paparan bisphenol A prenatal pada gen terkait autisme dan hubungannya dengan fungsi hipokampus. Hasil dari penelitian tersebut, paparan BPA sebelum melahirkan yang lebih tinggi diduga meningkatkan risiko autisme.
"Saya heran, sudah banyak hasil penelitian internasional dan nasional mengenai BPA berbahaya, termasuk 2 penelitian terbaru di 2021 ini, kok saat ini masih saja ada pihak tertentu yang mencoba menghembuskan isu di masyarakat seolah-olah BPA itu bukan racun dan tidak berbahaya," ujarnya Roso Daras.
Sementara itu, BPOM telah angkat bicara sejak beberapa waktu yang lalu. Mereka merasa ada pihak-pihak tertentu yang sengaja menggoreng isu tentang bisphenol A (BPA) yang ada dalam kemasan makanan dan minuman berbahaya bagi kesehatan. Melalui Direktur Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru BPOM, Ema Setyawati, telah menjelaskan mengenai kekeliruan hal tersebut.
"Sudah ada penjelasan kami, bahkan di IG BPOM juga sudah ada, bahwa sampai saat ini, berdasarkan hasil pengawasan kami, kadar BPA jauh, sangat jauh dari batas maksimal," kata Erna.