Hari Vitiligo Sedunia, Stres dan Makanan Ini Bisa Jadi Penyebabnya
- Allure.com
VIVA Lifestyle – Hari Vitiligo Sedunia diperingati tanggal 25 Juni setiap tahunnya. Vitiligo sendiri merupakan penyakit yang menyebabkan terbentuknya bercak-bercak putih pada kulit yang bisa terjadi pada segala usia. Lalu, apakah ah vitiligo bisa disembuhkan?
Dokter Pemerhati Vitiligo, DR. dr. Reiva Farah Dwiyana, SpKK (K), M Kes, mengungkapkan, penyakit ini sebenarnya bisa disembuhkan. Namun, berbeda-beda setiap orang.
"Ada yang cepet sembuhnya, ada yang lama, ada yang udah sembuh muncul lagi, ada yang malah gak sembuh-sembuh, bahkan tambah luas," ujarnya saat Press Conference yang membahas soal vitiligo, yang digelar Regenesis secara virtual, baru-baru ini.
Dokter Reiva menjelaskan, perbedaan tersebut penyebabnya adalah patogenesis atau terjadinya penyakit ini sangat kompleks atau banyak sekali faktor. Namun, yang utama menurut Reiva adalah stres.
"Karena biasanya jangankan karena stres lainnya, stres karena pekerjaan, masalah ekonomi dan seterusnya. Tapi stres dari penyakitnya sendiri, jadi nanti tambah putih, tambah stres dan seterusnya. Jadi kaya lingkaran setan gak putus-putus. Makanya ini harus segera dituntaskan dengan pemahaman dengan belajar hidup dengan vitiligo," kata dia.
Menurut Reiva, penyebab vitiligo sangat kompleks dan rumit.
"Kalau kita bilang ibaratnya puzzle, jadi banyak sekali kepingan-kepingan patogenesis terhadap vitiligo tersebut. Antara lain dari faktor stres, genetik, hormon, eksternal juga dari pajanan sinar matahari dan kimia. Bahkan ada yang mengatakan dari infeksi virus herpes walaupun belum terbukti sepenuhnya," ungkapnya.
Kemudian penyebab dari sisi makanan. Reiva memaparkan, jika bicara dari segi autoimunnya ada lebih banyak lagi penyebabnya. Apa saja?
"Salah satunya antara lain dari makan-makanan banyak pengawet, pewarna, dan lain-lain. Makanya kalau ditanya apa sih yang gak boleh dari makanan untuk penyakit vitiligo? Sebenarnya secara langsung gak ada, tapi kalau terkait autoimunnya harus menghindari makanan yang banyak pengawetnya, misalnya frozen food, mi instan, itu harus dikurangi karena banyak zat-zat pengawetnya. Kemudian juga yang berwarna-warna (makanan), anak-anak kan suka," papar dia.
Peranan vitamin D pada vitiligo
Menurut Reiva, Vitamin D dapat membantu meregulasi autoimun tersebut, sehingga tidak terlalu aktif dan vitiligo atau bercak-bercak putih di kulitnya tidak terlalu banyak.
"Jadi vitamin D ini selain kita berikan melalui vitamin setiap hari, tapi dapat juga dari makanan, antara lain makanan yang banyak mengandung zat hijau, antara lain brokoli, yang hijau-hijau, ada juga di susu, daging, telur dan sea food. Jadi, kalau vitiligo banyak makan seperti itu. Tapi tentunya jangan yang kolesterolnya," bebernya.
Sedangkan untuk pengobatan vitiligo sendiri, Reiva mengatakan, bisa komprehensif, mulai dari pengobatan yang dioles, diminum, terapi sinar, dan bisa juga ada pembedahan.
"Tapi yang paling penting harus ada penerimaan dari diri sendiri dan juga dukungan dari lingkungan terutama keluarga. Selain keluarga, yang harus men-support adalah temen-temen sesama vitiligo," tutup dr. Reiva Farah Dwiyana.
Di sisi lain, Regenesis Indonesia juga menginisiasi program Selflove Movement sejak 2021 lalu, sebagai bentuk kepedulian terhadap penyandang vitiligo.
Campaign ini diharapkan dapat menjadi wadah para vitiligan, keluarganya atau para dokter untuk saling berbagi dan juga menginspirasi satu sama lain. Kini, Selflove Movement Regenesis bahkan telah menjangkau lebih dari 1700 vitiligan dan keluarganya di platform digital.