Dokter: Tidak Semua Anak Pendek Berarti Stunting

Ilustrasi balita.
Sumber :
  • Freepik/rawpixel.com

JAKARTA – Pertumbuhan anak merupakan indikator penting dari kesehatan dan perkembangan mereka. Dalam fase pertumbuhannya, anak-anak harus mencapai berbagai milestone yang sesuai dengan usianya. 

Namun, tidak semua anak mengalami pertumbuhan yang lancar, dan beberapa mungkin menghadapi masalah pertumbuhan yang memerlukan perhatian dan pengobatan khusus. Yuk, scroll untuk info selengkapnya. 

Pemantauan pertumbuhan anak adalah langkah penting dalam mendeteksi dini potensi masalah pertumbuhan dan mengoptimalkan kesehatan serta perkembangan anak. Dengan peran aktif orangtua dan bantuan dari profesional medis, jika diperlukan, anak-anak dapat menerima intervensi yang tepat dan mendukung pertumbuhan yang sehat dan optimal.

Dokter spesialis anak, dr. Lucky Yogasatria, Sp.A, mengatakan, sebagian orangtua mungkin khawatir bila tubuh anaknya tampak pendek berarti terkena stunting

"Tubuh pendek memang bisa jadi salah satu tanda gangguan pertumbuhan stunting. Tetapi orangtua perlu tahu bahwa tidak semua anak yang pendek berarti stunting," ujar dr. Lucky ditemui saat kegiatan Education Comedy (EduMedy) Seminar Edukasi Kesehatan Anak untuk Millennial Parents, baru-baru ini. 

Menurutnya, tubuh pendek (stunted) tidak sama dengan stunting. Stunted adalah anak yang tinggi badannya menurut umur dan jenis kelaminnya dinilai kurang dari kurva pertumbuhan WHO (-2 standar deviasi). 

"Sementara stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi dalam waktu lama dan penyakit kronis yang berdampak pada perkembangan fisik dan mental anak hingga dewasa," ungkapnya. 

Penyebab Tubuh Pendek (stunted)
Ada beberapa kondisi yang dapat memengaruhi tubuh anak jadi pendek, di antaranya:

Stunting
Gangguan pertumbuhan stunting pada anak bisa disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak memadai, infeksi berulang, penyakit kronis, hingga kurangnya stimulasi psikososial. WHO menjelaskan pada sebagian besar kasus, stunting biasanya disebabkan anak yang tidak mendapat makanan bergizi atau ada penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi.

Cegah Stunting. Sumber : ANTARA News

Photo :
  • vstory

Dampak stunting sulit diperbaiki. Tinggi anak tidak bisa dikembalikan, tidak sama seperti memperbaiki berat badan. Anak yang stunting akan lebih mudah sakit, kehilangan kesempatan belajar, buruk performa akademisnya di sekolah, tumbuh dewasa dengan kondisi ekonomi kurang, dan rentan terhadap penyakit kronis. 

2. Growth Hormone Deficiency (GHD)
GHD adalah kondisi saat tubuh mengalami kekurangan hormon pertumbuhan yang diproduksi oleh kelenjar pituitari. Hormon tersebut dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh yang normal, kekuatan otot dan tulang, serta distribusi lemak tubuh. 

Penyebab GHD bisa karena kelainan atau kerusakan pada kelenjar pituitari. Anak mungkin terlahir dengan kelainan genetik yang membuat kelenjarnya tidak berfungsi normal, atau mungkin juga dialami orang dewasa karena cedera otak.

Untuk mengatasi tubuh pendek pada anak yang terjadi karena GHD, dokter bisa. memberikan terapi hormon pertumbuhan sintesis. Anak dapat tumbuh secara normal tanpa efek jangka panjang bila terapi diberikan sedini mungkin. Hasil terbaik terjadi ketika GHD didiagnosis dan diobati lebih awal. Pada beberapa anak, pemberian hormon pertumbuhan dapat berujung pada peningkatan 10 sentimeter tinggi badan di tahun pertama terapi.

Genetik
Penyebab lainnya yang bisa menyebabkan anak bertubuh pendek, selain karena stunting atau kekurangan hormon, adalah genetik. Salah satu contohnya adalah dwarfisme. Dwarfisme bisa dipicu oleh kelainan genetik menurun dari orangtua yang menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang (achondroplasia). Anak dengan kondisi ini akan bertumbuh pendek karena pertumbuhan tulang kaki dan tangannya terhambat. 

Ditemui pada kesempatan yang sama, dokter spesialis kedokteran olahraga, dr. Andhika Raspati, Sp.KO, mengatakan, kinerja hormon pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti genetik, usia, jenis kelamin, pola makan serta pola aktivitas fisik dan istirahat. 

Ilustrasi parenting/orangtua dan anak/anak makan.

Photo :
  • Freepik/freepik

Anak harus aktif bergerak minimal 60 menit sehari agar dapat mengoptimalkan pertumbuhan tulang dan otot mereka. Sebagai orangtua, sangat penting untuk kita mengajarkan kebiasaan aktif secara fisik kepada anak-anak. Pastikan anak-anak mau dan mampu secara fisik dan kognitif untuk aktif bergerak supaya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal," bebernya. 

Senior Medical Manager PT Merck Tbk, dr. Hotma Silitonga, menyampaikan, pihaknya berkomitmen untuk ikut serta dalam meningkatkan kualitas kesehatan anak Indonesia melalui edukasi kepada publik terkait gangguan pertumbuhan pada anak. 

"Kami ingin membantu anak-anak dengan gangguan pertumbuhan untuk tumbuh sama dengan anak-anak yang sehat. Salah satu upaya yang kami lakukan adalah dengan menyediakan kalkulator pertumbuhan anak sederhana yang dapat diakses melalui situs kami," imbuh dr. Hotma.