Penyebab Semakin Tingginya Angka Diabetes di Indonesia

Gagal jantung merupakan kondisi di mana jantung tidak lagi mampu memompa darah ke seluruh tubuh.
Sumber :
  • pixabay/geralt

VIVA.co.id –  Seiring perubahan zaman, tren penyakit ikut mengalami perubahan. Jika pada abad 19 penyakit yang banyak menyebabkan kematian adalah penyakit infeksi seperti tuberkulosis, pneumonia, atau malaria, kini telah bergeser menjadi penyakit degeneratif seperti jantung, darah tinggi, diabetes, dan stroke.

Data dari Global Burden Disease tahun 2013, menyebutkan bahwa di antara 10 negara besar di dunia, Indonesia menempati urutan ketujuh dalam jumlah penderita diabetes, setelah China, India, Amerika, Brazil, Rusia, dan Meksiko, dengan angka penderita diabetes mencapai 8,5 juta.

Namun, pada 2014, peringkatnya naik menjadi lima dengan angka penderita mencapai 9,1 juta. Di tahun berikutnya, angka tersebut kembali naik menjadi 10,5 juta penduduk.

Menurut penuturan Dr. Mulyani Anny Suryani Gultom, SpPD, hal ini salah satunya disebabkan oleh kemajuan teknologi industri produksi makanan yang sebenarnya tidak sehat untuk tubuh.

"Perubahan gaya hidup modern, produksi makan tidak sehat yang banyak di sekeliling kita, serta konsumsi makanan yang tinggi kalori, lemak, gula, dan garam jadi penyebab banyak diabetes," kata dr. Anny kepada VIVA.co.id beberapa waktu lalu.

Ditambah lagi, dengan kebiasaan masyarakat sekarang yang kurang beraktivitas fisik, segala sesuatu ingin didapat dengan cara yang mudah. Contohnya dalam membeli makanan yang kini bisa didapat dengan layanan pesan online. Aktivitas fisik yang berkurang inilah yang menyebabkan gula darah dalam tubuh tidak terkontrol dengan baik.

Selain itu, makanan sehari-hari juga banyak yang mengandung gula yang secara tidak sadar kita konsumsi tanpa kontrol yang tepat. Misalnya minuman soda yang mengandung 2,5 sendok gula dalam satu kaleng dan cendol yang mengandung dua sendok gula.

Padahal, menurut Permenkes tahun 2013, konsumsi gula yang direkomendasikan adalah 50 gram sehari, atau sekitar empat sendok makan.

Karena itu, dr. Anny menyarankan agar mengganti penggunaan gula dengan pemanis buatan yang mengandung nol kalori. (asp)