Terapi Efektif untuk Penyakit Gagal Ginjal

Ilustrasi ginjal.
Sumber :
  • wikybrew

VIVA.co.id – Penyakit gagal ginjal membutuhkan penanganan yang tepat. Salah satunya, dengan terapi cuci darah.

Pelayanan terapi cuci darah merupakan terapi sementara yang diberikan kepada pasien sebelum mendapatkan cangkok ginjal yang tepat. Terapi sementara ini terdiri atas dua jenis, yaitu cuci darah atau hemodialisa (HD) dan continuous ambilatory peritoneal dialisys (CAPD) atau cuci darah melalui perut.

"Kedua terapi ini dilakukan bertujuan untuk menunggu cangkok ginjal. Jadi terapi HD dan CAPD itu hanya temporer. Namun hanya sekitar 60 persen yang dapat mengakses layanan dialisis dan 10 persen yang menjalani terapi sampai tuntas," ujar konsultan ginjal dan hipertensi, dr. Atma Gunawan, SpPD dalam media gathering CHEPS FKM UI di kawasan Kuningan, Jakarta, Sabtu, 8 April 2017.

Menurut Atma, hampir semua pasien gagal ginjal yang datang, 95 persen langsung menjalani hemodialisa, dan sebagian besar harus melakukannya dua hingga tiga kali dalam sepekan. Itu karena penanganannya terlambat, sehingga angka harapan hidup selama setahun menjadi rendah, hanya 50 persen.

"CAPD akan lebih efektif jika dimulai sejak awal. Artinya pasien tidak perlu menjalani hemodialisis terlebih dahulu selama bertahun-tahun, baru beralih ke CAPD," ujar Atma.

Kondisi ini, menurut Atma, menjadi pertimbangan bahwa sudah saatnya pasien mulai beralih ke CAPD. Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melakukan studi perbandingan efektivitas antara metode HD dan CAPD.

"Berdasarkan analisis kematian, CAPD lebih baik dibandingkan HD dalam menurunkan angka kematian, yaitu hampir dua kali lipat. Hal ini akibat kualitas hidup hidup pasien yang menjalani CAPD jauh lebih baik," tutur dia.