Metode Medis Kurangi Kejang pada Penderita Epilepsi

ilustrasi tangan
Sumber :
  • pixabay/klavesakm

VIVA.co.id – Kejang pada pasien epilepsi, tidak bisa diabaikan. Sebab, kejang yang terjadi, dapat merusak sel-sel penting di otak. Sehingga, penanganan tepat, harus diberikan pada mereka yang membutuhkan.

Saat pasien epilepsi mengalami kejang, sebanyak 50 milyar sel di otaknya mengalami kerusakan. Namun, untuk dapat melihat kerusakan ini, dibutuhkan pemeriksaan spesifik.

"Penyebab kejang itu gak mesti selalu terlihat oleh MRI. CT scan juga malah 99 persen pada kasus epilepsi, terlihat normal. Jadi pemeriksaan spesifik lah yang penting untuk pasien epilepsi," ujar konsultan bedah saraf dari Epilepsi Center RSU Bunda, Prof. Dr. Zainal Muttaqin, SpBS, PhD., kepada VIVA.co.id beberapa waktu lalu, di Jakarta.

Dengan mendapatkan hasil dari pemeriksaan yang spesifik tersebut, tindakan pembedahan di otak pasien epilepsi dapat dilakukan. Tentunya dengan beberapa kriteria yaitu sudah konsumsi lebih dari dua jenis obat dalam kurun dua tahun dan kondisi tetap tidak membaik.

"Dievaluasi dengan pengobatan yang benar, jumlahnya lebih dari dua dan konsumsi lebih dari 2 tahun, maka lakukan evaluasi bisa tidaknya dioperasi. Karena, jika kondisi kejang dibiarkan bertahun-tahun, peluang bebas kejangnya bisa semakin rendah," katanya menambahkan.

Dari hasil penelitiannya, semakin muda usia pasien saat dilakukan operasi dan masa sakitnya tidak sampai bertahun-tahun, peluang bebas kejangnya usai dioperasi sebesar 70 persen. Apalagi, dikhawatirkan Zainal, akan ada gangguan yang lain, saat kejang epilepsi dibiarkan terlalu lama.

"Faktanya hampir 15 tahun epilepsi dibiarkan. Dia sudah terlanjur ada rasa sulit bergaul, lebih ke mental. Kalau sudah ada faktor kejiwaan yang terganggu, mengobatinya lebih sulit dibanding mengobati kejangnya. Lakukan upaya operasi ini sebelum terjadi gangguan lain." (mus)