Fenomena Naive Subject, Picu Konsumsi Gula Berlebih

Ilustrasi diabetes/gula darah.
Sumber :
  • Pixabay/TesaPhotography

VIVA.co.id – Barangkali Anda sadar bahwa pada saat tertentu konsumsi makanan dapat melebihi porsi yang biasa dimakan. Misalnya pada saat stres, menstruasi, hari-hari besar atau makan di sebuah pesta/perayaan.

Sekadar informasi, lonjakan pola konsumsi yang tidak konsisten itu disebut dengan fenomena Naive Subject. Konsumsi ini hanya terjadi pada saat-saat tertentu saja seperti yang telah disebutkan di atas.

"Naive subject berhubungan dengan perilaku konsumsi makan yang sebenarnya sudah terpola, kemudian pada suatu ketika pada saat mendapat asupan pangan atau zat gizi yang tidak sesuai kebiasaan menyebabkan suatu lonjakan atau kondisi signifikan," ujar Direktur SEAFAST Center Prof. Nuri Andarwulan saat Talkshow Jakarta Food Editor's Club di Grha Unilever, Tangerang, Selasa, 25 Juli 2017.

Nuri menjelaskan, kata naive mengacu pada zat gizi atau bahan makanan yang pada kebiasaan seseorang tidak dikonsumsi dengan jumlah tinggi atau tidak pernah terekspos sama sekali sehingga respons tubuh terhadap bahan tersebut menjadi ekstrem.

Dampak Naive Subject adalah hal yang menjadi perhatian oleh banyak ahli gizi saat ini. Fenomena ini diklaim dapat memicu meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, diabetes, aterosklerosis, jantung koroner, gagal jantung dan penyakit kardiovaskuler lain. Seperti diketahui, penyakit jantung masih menjadi penyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia.

Fenomena ini biasanya menyebabkan seseorang mengonsumsi lebih banyak gula, garam dan lemak (GGL), namun rendah sayur dan buah. Ingat saja saat merayakan Hari Raya Idul Fitri, kue nastar, opor ayam, rendang, sirup dikonsumsi lebih banyak dari biasanya.

Begitupula dengan diet yang tak terkontrol. Dalam penelitian yang dilakukan oleh National Institutes of Health terhadap 150 orang dewasa didapati bahwa setiap penurunan 1 kilogram berat badan, seseorang cenderung makan ekstra sebanyak 100 kalori per hari.

Dari sisi psikologis, saat seseorang merasa 'kehilangan' makanan favoritnya, maka ia cenderung akan lebih menginginkan makan tersebut lebih banyak dari yang ia konsumsi sebelum melakukan diet. Itulah yang menjadi salah satu pemicu konsumsi gula, garam dan lemak berlebih. (ase)