Pelihara Jenggot Turunkan Risiko Terkena Kanker Kulit

Ilustrasi pria.
Sumber :
  • Pixabay/Nastya

VIVA.co.id – Jenggot atau brewok pria ternyata tidak hanya berguna untuk meningkatkan penampilan, tapi sebuah penelitian mengungkapkan bahwa jenggot juga bisa memberikan manfaat kesehatan yang besar.

Dilansir laman The Independent, sebuah studi oleh sejumlah profesor di University of Queensland mengungkapkan, jenggot bisa melindungi Anda dari 90-95 persen bahaya sinar UV lewat UPF (ultraviolet protection factor) hingga mencapai 21.

"Meski jenggot tidak akan pernah bisa menjadi pengaman matahari seperti tabir surya, tapi jenggot bisa menjadi faktor yang menghalangi sinar UV," ujar peneliti utama Profesor Parisi dalam penjelasan studi ini.

Menurunnya paparan sinar UV juga bisa berarti bahwa jenggot dapat menghambat proses penuaan, menjaga kulit tetap terlindungi sehingga tetap muda dan bebas keriput.

"Paparan matahari merupakan penyebab utama penuaan wajah dan kerusakan kulit jadi masuk akal jika wajah Anda tertutupi jenggot lebat, kulit Anda bisa terlindungi dengan baik dari tanda-tanda penuaan," jelas Dr Adam Freidmann.

Artinya, ahli dermatologis Harley Street menambahkan, keriput lebih sedikit dan mengurangi bintik penuaan yang biasa ditemukan di wajah.

Freidmann juga mengatakan, konsensus yang sama ini juga berlaku pada mereka yang memiliki rambut tebal di kepala. Mereka dengan rambut tebal cenderung tidak menderita kanker kulit atau penuaan di kulit kepala hingga rambut mereka rontok. Jadi, bisa dilihat bahwa rambut memiliki efek melindungi.

Meski demikian, Dr Anil mengatakan bahwa perlindungan dari sinar UV bergantung pada ketebalan dan kepadatan jenggot. Artinya, semakin lebat jenggot, semakin baik.

Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut lagi dari bukti yang ada ini.

Penelitian ini dilakukan menggunakan manekuin yang ditinggalkan di luar ruangan di bawah sinar matahari, sebagian memiliki jenggot lebat, sebagian hanya beberapa bagian, dan sebagian lain tidak memiliki jenggot sama sekali.

Para peneliti memutar kepala manekuin untuk memastikan setiap manekuin terpapar matahari dengan jumlah yang sama, setelah itu mereka diukur kadar radiasinya yang telah diserap masing-masing.