Mencicipi Kuliner Berusia Satu Abad

Lontong Darma
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mustakim

VIVA.co.id – Aroma tauco langsung menyengat saat VIVA.co.id masuk ke warung seluas lapangan bulu tangkis ini. Siang itu, rumah makan ini tampak sepi. Hanya ada deretan kursi dan meja yang ditata berjajar di dalam ruangan yang tak seberapa besar. 

Puluhan lontong dibungkus daun pisang tampak berjejer di belakang etalase yang terbuat dari kaca. Di sampingnya ada deretan baskom plastik berisi beragam racikan bumbu dan gorengan bakwan. Juga kerupuk warna warni dan sate ayam.

Tak berapa lama datanglah makanan yang dipesan. Pertama, kuah santan bercampur tauco yang sudah diencerkan dengan warna kemerahan. Bersamanya juga disajikan tumpukan sate ayam. Sepuluh menit kemudian, Lontong Darma, hidangan utama di warung yang terletak di Jalan Veteran No.102, Pemalang ini pun datang.

Lontong Darma

Bagi sebagian orang, nama makanan ini mungkin terdengar asing di telinga. Tapi tidak bagi warga Pemalang, Jawa Tengah. Sajian yang berbahan baku lontong, gorengan, kerupuk dan kuah santan yang disajikan dengan sate ayam kampung ini sudah akrab dengan warga yang terletak di Pantai Utara Jawa ini.

“Orang luar Pemalang juga banyak yang datang. Bahkan biasanya mereka telepon lebih dulu untuk memesan,” ujar Mutria (48), pemilik warung Lontong Darma saat VIVA.co.id berkunjung, Senin, 2 Oktober 2016.

Menurut Mutria, komposisi dalam Lontong Darma sederhana, yakni lontong, tauge, gorengan, kerupuk dan kuah santan. Yang membedakan adalah sate ayam kampung dan kuah santan yang dipadu dengan tauco. “Itu untuk sambel sate,” ujar Mutria menambahkan.

Akhmad Khamdan (38), salah satu pelanggan mengaku suka dengan kuliner unik ini. Kepala sekolah salah satu sekolah menengah pertama di Pemalang ini mengaku sering datang untuk menikmati hidangan khas daerahnya ini. Tak jarang ia meminta tolong muridnya untuk membelikan jika ia sedang banyak pekerjaan. “Saya sejak kecil sudah sering diajak ke sini sama paman,” ujarnya sambil mengunyah sate ayam ketiganya.

Resep Warisan Keluarga

Mutria mengatakan, ia merupakan generasi ketiga yang melanjutkan usaha warisan keluarga tersebut. Menurut dia, usaha tersebut sudah ada sejak kakeknya masih muda. Usaha tersebut kemudian diteruskan oleh ayahnya. “Dulu kakek saya jualan menggunakan pikulan. Dan ayah saya menggunakan gerobak,” ujarnya mengenang.

Ia mengklaim, sampai saat ini usia Lontong Darma sudah lebih dari seabad. Meski sudah lebih dari seratus tahun, Mutria menjamin, rasanya tetap sama. Pasalnya, kakek dan ayahnya tak pernah mempekerjakan orang lain untuk membantu usahanya. Ia pun melakukan hal yang sama. “Ini kami lakukan untuk menjaga kerahasiaan resep Lontong Darma,” ujarnya sambil tersenyum.

Soal rasa, sajian ini bisa diadu. rasanya memang mirip dengan lontong opor, namun lebih gurih dengan aroma tauco di sambalnya. Selain itu, Lontong Darma hanya memakai bahan-bahan alami dan tak menggunakan penyedap rasa. Harganya pun terjangkau, yakni hanya Rp11ribu untuk satu porsi. Sementara sate ayam kampung hanya dihargai Rp4 ribu per tusuk.  

Alamatnya mudah dijangkau hanya sekitar lima belas menit dari pusat kota dan lima ratus meter dari Stasiun Kereta Api Pemalang. Warung ini buka dari pukul 07.00 hingga 16.00 WIB.

Selamat mencoba..