Inovatif, Guru Ini Beri Soal Ujian Sekolah Lewat Scan Barcode

Aries Eka Prasetya
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA – Penerapan teknologi untuk pendidikan dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Deloitte pada 2016, menunjukkan bahwa 75 persen guru percaya bahwa pembelajaran melalui
media digital dapat menggantikan cara konvensional seperti saat ini dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun ke depan.

Hal tersebut rupanya sudah mulai dilakukan oleh salah seorang guru di SMAN 22 Surabaya, Aries Eka Prasetya. Dengan memadukan sinematografi, IT (Teknologi Informasi), dan komik dalam belajar-mengajar Sejarah di kelasnya, Aries menciptakan model pembelajaran berupa Barcode Narsis yang mengembangkan evaluasi menggunakan inovasi pemanfaatan QR Code dan gerak siswa dalam berkreasi.

Dengan model pembelajaran ini siswa diberikan petunjuk untuk mencari barcode di area
sekolah, kemudian dengan barcode tersebut siswa dapat mengakses soal ujian Sejarah yang
diberikan.

Selain itu, Aries juga menciptakan komik Sejarah yang berfungsi untuk meningkatkan budaya literasi dengan mendekatkan materi sejarah melalui pembuatan komik. Serta, Ulangan Harian ular-ularan, yaitu metode mengerjakan soal ujian dengan meletakkan soal di meja dan siswa mengerjakan secara urut sesuai rute mengular. Cara ini juga mengajarkan siswa tentang kejujuran, kedisiplinan, dan move on.

Dari ketiga inovasi tersebut, Barcode Narsis menjadi metode yang paling diminati oleh para pelajar di SMA Negeri 22 Surabaya. Karena penggunaannya melibatkan aktivitas gerak di luar ruang yang membuat ujian jadi lebih menyenangkan.

“Mau tidak mau zaman terus berlalu maka inovasi diperlukan sebagai usaha mendekatkan materi dan pembelajaran agar tidak terjadi jenjang batas yang terlalu lebar. Inovasi IT diperlukan agar pembelajaran lebih menarik, kreatif, tentunya praktis dan ekonomis,” ujar Aries dalam keterangan tertulisnya kepada VIVA, Jumat, 29 Juni 2018.

Inovasi pembelajaran digital yang telah diterapkannya selama ini sebagian besar terinspirasi dari program pelatihan guru yang diselenggarakan oleh Quipper. Kemudian implementasi dan berbagai model pembelajaran yang diterapkannya membawa pria lulusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Surabaya, ke ajang Indonesia Digital Learning di Australia pada tahun 2016 lalu.

Melalui kedua pengalaman tersebut ia semakin yakin bahwa dengan adanya teknologi yang ada saat ini dapat mempermudah pembelajaran antara guru dan siswa. Apalagi dengan maraknya layanan sistem manajemen belajar dan e-learning yang ada saat ini.