Cegah Anak Idap Thalassemia, Lakukan Pemeriksaan Ini Sebelum Nikah

Ilustrasi dokter/rumah sakit.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Thalassemia merupakan penyakit yang dapat diturunkan kepada anak oleh orangtua secara langsung alias genetik. Untuk mencegahnya, penting agar calon pasangan suami istri menjalani pemeriksaan sebelum prosesi menikah.

Dokter spesialis Anak Konsultan Hematologi RS. Kariadi Semarang, dr. Bambang Sudarmanto, Sp.A (K), MARS, menyampaikan bahwa thalassemia merupakan penyakit yang diturunkan langsung oleh orangtua, bahkan kakek dan neneknya.

Pencegahannya sendiri dapat dilakukan sejak calon pasangan suami istri hendak menikah dengan menjalani screening thalassemia.

"Melakukan screening Thalassemia guna mendapatkan data awal yang idealnya dilakukan sebelum menikah. Dari hasil screening tersebut akan dilakukan konseling genetik yang lebih mendalam," tuturnya dalam acara virtual bertajuk Hidup Berdamai dengan Thalassemia, baru-baru ini.

Terlebih, penyakit thalassemia sendiri tak pandang bulu. Setiap gender dan usia dapat diintai, apabila orangtuanya mengalami thalassemia. Penyakit ini, lanjut Bambang, berbeda dengan gangguan pada darah lain seperti hemofilia yang bisa menyerang gender tertentu.

“Ini tidak tergantung gender seseorang. Ini suami, istri bapak ibu, laki, perempuan memiliki kesempatan yang sama,” imbuhnya.

Screening Thalassemia

Berdasarkan International Journal of Hematology and Oncology, orangtua dengan keturunan yang mengidap thalassemia bisa mengidap stres cukup berat. Selain karena melihat kondisi anak, juga tingginya biaya perawatan dan minim ketersediaan perawatan medis yang maksimal.

Langkah mendeteksi thalassemia ini juga berguna agar pasangan bisa kosultasi terkait langkah tepat untuk memiliki momongan yang sehat dan jauh dari penyakit ini.

Ada pun screening thalassemia ini dilakukan saat salah satu atau bahkan kedua calon pasangan suami istri mengidapnya.

Beberapa langkah yang dilakukan yakni memeriksa kelainan darah genetik umum, misalnya  anemia sel sabit, dan thalassemia. Termasuk juga risiko penyakit menular, seperti Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV / AIDS.

Bahaya thalassemia pada anak

Menurut Bambang, saat ini pengobatan Thalassemia dapat dilakukan dengan transfusi darah merah. Pemberian transfusi darah diberikan pada anak dengan kadar Hemoglobin kurang dari 7 gr/dL pada awal diagnosis, dan harus rutin dilakukan dengan rentang waktu 2-4 minggu.

“Setiap kantong transfusi darah mengandung 200 -250 mg zat besi zat yang menumpuk didalam jaringan tubuh," tegasnya.

Thalassemia pada anak tak bisa disepelekan karena dampak jangka panjang yang fatal. Bambang menyebut, thalassemia harus diatasi dengan transfusi kantong darah. Namun,  setelah 20 kali transfusi darah, anak akan mengalami kelebihan zat besi (iron overload).

"Zat besi yang berlebih ini akan tertimbun di organ-organ penting tubuh diantaranya adalah otak, pankreas, jantung, hati, ginjal serta organ penting lainnya yang dapat mengakibatkan gagal jantung, sirosis hepatis (kerusakan sel hati), diabetes melitus, kelainan ginjal dan kematian," terang Bambang.

Oleh karena itu, kelebihan zat besi ini harus dikeluarkan dari tubuh dengan memberikan pengobatan kelasi besi. Namun, alangkah lebih baik apabila dapat mencegahnya sejak dini dengan menjalani screening thalassemia sebelum menikah.