Jaga Kesehatan Si Kecil saat Musim Hujan, Yuk Catat Porsi Makan Tepat Ini
- Pixabay/vikvarga
VIVA Parenting – Musim hujan memicu menurunnya imunitas si kecil yang berdampak pada kerentanan penyakit menular seperti batuk dan pilek. Untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya, anak patut mengonsumi gizi seimbang yang didapat melalui porsi tepat sesuai rekomendasi para pakar, termasuk 'Isi Piringku'.
Medical Science Director Danone Indonesia, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi MKK, menjelaskan dalam akses terhadap makanan bergizi perlu diperhatikan bahwa makanan yang dikonsumsi bervariasi serta dalam jumlah yang cukup serta kualitas gizi yang baik. Pemenuhan makanan yang bervariasi berhubungan dengan berkurangnya risiko defisiensi mikronutrien dan risiko kurangnya asupan nutrisi yang berdampak pada stunting. Scroll untuk info lengkapnya, moms!
"Salah satu cara untuk orangtua dapat memastikan kebutuhan zat gizi makro dan mikro pada anak cukup adalah dengan menerapkan pedoman prinsip ‘Isi Piringku’ yang mengandung gizi seimbang," kata Ray dalam webinar berjudul “Peringati Hari Pangan Sedunia, Danone Indonesia Ajak Masyarakat Cerdas Atur Pengeluaran Agar Gizi Anak Optimal”, Senin 31 Oktober 2022.
Ray menjelaskan, pedoman Isi Piringku mengacu pada konsumsi pembagian piring makan menjadi 2/3 makanan pokok, 1/3 lauk pauk, 2/3 sayur dan 1/3 buah. Lalu, dilanjutkan dengan minum air 8 gelas/hari, 30 menit aktivitas fisik dan penerapan pola hidup bersih dan sehat.
"Di sisi lain, kita juga perlu memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi memiliki kualitas gizi yang baik," beber Ray.
Pemenuhan bahan baku pangan dengan pedoman Isi Piringku juga bisa dilakukan dengan diversifikasi pangan yakni konsumsi pangan lokal yang tersedia di lingkungan sekitar. Eksplorasi bahan makanan lokal, termasuk cara pengolahan, untuk akses yang berkesinambungan dapat dilakukan di mana setiap daerah memiliki pangan lokal yang berbeda-beda, namun karena ketidaktahuan, masyarakat jarang memanfaatkannya.
Daftar Bahan Makanan Penukar (DBMP) dapat menjadi salah satu referensi dalam memaksimalkan pemanfaatan pangan lokal, yaitu dengan mencari alternatif pangan yang mengandung nutrisi yang kurang lebih sama dengan pangan yang biasa dikonsumsi. Selain itu, pemberian makanan yang sudah difortivikasi juga bisa menjadi cara memenuhi kebutuhan gizi secara lebih murah.
"Sebab, bahan pangan terforitikasi sudah mengandung makroutrien dan mikronutrien sekaligus dalam satu makanan. Fortivikasi makanan merupakan upaya meningkatkan kualitas pangan dengan menambahkan pada makanan tersebut satu atau lebih zat gizi mikro tertentu," lanjut Ray.
Hal ini bermanfaat sebagai salah satu cara intervensi pemenuhan zat gizi mikro masyarakat yang terbukti cost-effective terutama untuk mengatasi defisiensi mikronutrien atau hidden hunger. Bahkan, cara ini pun membantu percepatan perbaikan gizi anak Indonesia dalam mencegah stunting.
"Pemenuhan konsumsi pangan yang seimbang dan konsumsi pangan berfortivikasi dapat dilakukan untuk memastikan kebutuhan zat gizi mikro tubuh dapat terpenuhi," imbuh Ray.