Kesalahan Fatal Usai Melahirkan Jadi Penyebab Ibu Sulit Produksi ASI

Ilustrasi melahirkan bayi.
Sumber :
  • Pixabay.com/cynthia_groth

JAKARTA – Air Susu Ibu (ASI) menjadi makanan terbaik bagi bayi. Kandungan zat gizi yang terdapt di dalam ASI dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Mulai dari vitamin, protein, lemak, karbohidrat, dan berbagai mineral penting lainnya. Selain itu, pemberian kolostrum atau ASI yang pertama kali keluar sesaat setelah melahirkan juga sarat nutrisi dan antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi. 

Tak hanya untuk bayi, menyusui secara eksklusif juga memiliki banyak manfaat untuk ibu mulai dari mengurangi risiko terkena kanker hingga mengurangi insulin bagi ibu menyusui penderita diabetes.

Namun sayangnya, banyak ibu yang tergiur untuk menggunakan susu formula sejak bayi baru lahir. Salah satu alasannya lantaran ASI mereka yang kurang hingga produksi ASI kering. 

Terkait hal itu, Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Nia Umar mengungkap mengapa produksi ASI ibu sedikit. 

"ASI-nya kurang ini sering kali dirasa kurang karena memang ada praktek yang salah di hari pertama mereka melahirkan. Di hari pertama salahnya juga karena tersistematis ada upaya tidak langsung menggagalkan itu," kata dia dalam virtual conference, Kamis 21 Desember 2023.

Dia menambahkan,"Contohnya bayinya dipisah ibunya di lantai 4 anaknya di lantai 2 padahal sehat-sehat saja enggak perlu dipisah. Itu cara-cara untuk membuat produksi asi tidak optimal," kata dia.

Selain itu, tidak adanya konselor ASI yang mendampingi ibu di awal proses menyusui di hari-hari pertama menyusui usai melahirkan. Padahal kata dia hari-hari pertama itu sangat krusial untuk menyusui.

Selain itu, ibu yang kembali bekerja juga bisa membuat produksi ASI berkurang. Dimana ibu yang kembali bekerja melakukan pumping membuat pengosongan payudara kurang maksimal jadi ASI semakin sedikit dan berhenti.

Sementara itu, Ahli Gizi Masyarakat, DR dr Tan Shot Yen, M.Hum mengungkap bahwa penggunaan susu formula itu hanya berdasarkan indikasi medis ibu dan bayi.

Kondisi ibu yang boleh memberikan susu formula pada anak mereka adalah ibu dengan riwayat HIV, dengan penyakit parah.

"Ibunya punya obat-obatan yang terdeteksi metabolismenya di ASI sehingga ASI tidak bisa diberikan ke anak. Bukan karena ibunya kerja (makanya diberi sufor). Ibu-ibu yang memiliki hepatitis berat. Hepatitis sebenarnya bukan alasan ibu tidak memberikan ASI," kata dia. 

Sementara itu, untuk kondisi medis anak yang diberikan susu formula adalah bayi dengan galaktosemia klasik. Bayi dengan penyakit kemih beraroma sirup maple atau maple syrup urine. bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1.500 gram.