Indonesia Ditantang Persaingan Pendidikan Perguruan Tinggi
- Kuliah
VIVA.co.id – Dunia pendidikan Indonesia dinilai harus siap menghadapi zaman globalisasi yang semakin bersaing. Setelah China, beberapa negara tetangga diprediksi akan menyalip Indonesia di sejumlah bidang salah satunya pendidikan.
Rektor Universitas Prasetiya Mulya, Djisman S Simandjuntak ditemui di kampus Prasetiya Mulya Cilandak yang diadakan Persatuan Guru Besar (Profesor) Indonesia (Pergubi) menyatakan, pendidikan tinggi yang akan datang akan bertumbuh sangat massif.
Tahun 2025 mendatang, diprediksi mahasiswa akan mencapai jumlah 262 juta sehingga akan terjadi persaingan begitu ketat akan terjadi antara mahasiswa kita dengan yang dari negara-negara lain.
"Sebanyak delapan juta dari 262 juta ini adalah international student," kata Djisman.
Lanjut Djisman, hal itu membawa konsekuensi elitisme perguruan tinggi akan mengalami penurunan cukup berarti, yang berarti persaingan, restrukturisasi perguruan tinggi akan terjadi secara sangat luar biasa.
Oleh karena itu, pendidikan tinggi akan makin diwarnai sifatnya yang multi-disipliner.
“Mengapa multidisipliner? Semua persoalan besar yang dihadapi manusia, tidak bisa dipecahkan dengan satu disiplin ilmu saja. Pemecahan masalah harus multi-disiplin. Tapi, pelatihan pendidikan umumnya semakin terspesialisasi, artinya lebih fokus mendalami bidang tertentu," kata Djisman.
“Jadi di sini, ada dua hal yang sulit dijembatani. Pendidikan kita semakin terspesialisasi, tetapi pemecahan masalah memerlukan multidisiplinaritas yang semakin tinggi. Ini hanya bisa, dengan demikian, terjadi lewat kolaborasi. Maka pendidikan tinggi abad 21 harus semakin tinggi dalam kolaborasi multidisiplin”, tambahnya.
Sementara itu, saat ini, perguruan tinggi memang ditantang untuk mengikuti perkembangan. Dari model pengembangan ekonomi suatu negara, perguruan tinggi harus juga menjadi agen inovasi yang bisa mengendalikan ekonomi suatu negara. Pendidikan abad 21 juga harus menumbuhkan berjiwa kewirausahaan agar tidak tertinggal dari negara tetangga dan membawa Indonesia bersaing di kancah internasional.
“Waktu kita membuat Rencana Strategis tahun 2014, saat itu belum berlaku Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), maka menghadapi itu kita harapkan perguruan tinggi juga menjadi berdaya saing dengan negara-negara lain di Asia,” kata Dirjen Kelembagaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti) Dr Ir Patdono Suwignjo di tempat yang sama.