Mengobati dengan Hati

Panti Rehabilitasi Disabilitas Mental Al-Fajar Berseri
Sumber :
  • VIVA/Dani

VIVA – “Pak Marsan, handphone, pesawat, tidur..Pak Marsan, handphone, pesawat, tidur..Pak Marsan, handphone, pesawat, tidur.. Pak Marsan, handphone, pesawat, tidur..

Suara itu keluar dari bocah usia belasan yang berdiri di balik pagar besi. Kedua matanya menatap kosong jalanan dan orang yang lalu lalang. Sesekali ia berusaha menggapai orang yang lewat dengan kedua tangannya yang legam. Ia menyandarkan kepalanya yang gundul ke teralis besi sambil terus mendaras “Pak Marsan, handphone, pesawat, tidur..Pak Marsan, handphone, tidur..”

TY, bocah yang alami gangguan kejiwaan karena gawai

TY demikian inisial anak ini. Dia asal Cikarang, Jawa Barat. Kini jadi pasien di Yayasan Al Fajar Berseri. TY sudah menghuni bangunan yang terletak di Jl.Kampung Pulo RT. 04/037, Desa Sumber Jaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi ini sejak Januari tahun ini.

“Dia mengalami gangguan jiwa karena hp,” ujar Kepala Yayasan Al-Fajar Berseri, H.Marsan Susanto membuka wawancara. 

Tak Sendiri
TY tak sendiri. Yayasan besutan Marsan ini sudah merawat sejumlah anak dan remaja yang mengalami gangguan jiwa karena kecanduan gawai. Marsan mengatakan, sebelumnya ada sekitar tujuh orang yang menjalani pengobatan di yayasannya gara-gara keranjingan gawai. Lima sudah sembuh dan pulang. Saat ini tersisa dua, yakni TY dan SY.

Pasien Yayasan Al Fajar Berseri

Menurut dia, ganguan jiwa yang dialami kedua remaja tersebut cukup berat sehingga membutuhkan waktu lama untuk menyembuhkan. Keduanya masih belum bisa lepas dari kecanduan gawai. Selain itu, keduanya juga agresif.

“Kadang-kadang kalau ada orang atau pengunjung main hp, dia tiba-tiba langsung ambil dari tangan orang tersebut, merampas, memaksa,” ujar Marsan kepada VIVAnews yang berkunjung ke yayasannya, Selasa 22 Oktober 2019.

Marsan mengatakan, sebenarnya ia sudah menangani orang yang mengalami gangguan jiwa sejak 1992. Namun, secara khusus menangani orang yang mengalami gangguan jiwa akibat kecanduan gawai baru setahun lalu.

“Sebetulnya gangguan kejiwaan karena gadget itu kan baru akhir-akhir ini saja kan ramainya. Kalau gangguan jiwa karena gadget atau hp saya itu menangani pasien sejak awal tahun 2018,” ujarnya menambahkan.

Awalnya, Marsan menerima seorang pasien dari Cikarang. Inisialnya N. Menurut Marsan, kecanduan N terhadap gadget sudah sampai taraf mengancam keselamatan bapak dan ibunya. “Akhirnya orangtuanya datang ke saya,” ujarnya.

Kemudian datang lagi dari Medan. Inisialnya W. Namun W sudah pulang. Kemudian datang SY dan TY. Keduanya masih menjalani pengobatan. “Kalau TY itu dari tahun 2019 awal. Kalau SY tahun 2018. W tahun 2018 juga,” ujarnya menerangkan.

Kepala Yayasan Al-Fajar Berseri, H.Marsan Susanto

SY sebenarnya sudah addicted dengan gawai sejak lama. Menurut Marsan, sejak duduk di SMP, anak ini sudah mulai aneh-aneh. SY sudah enggak mau sekolah. Selain itu jadi temperamental dan mudah marah. “Waktunya habis dengan main hp. Jadi kalau hpnya masih bisa kerja, dia pasti tenang. Dia asyik main. Tapi kalau hp-nya mengalami kendala, lowbatt, mati lampu atau lemot dia langsung marah,” ujar Marsan.

”Kalau gak ada kuota itu dia bisa ngamuk. Jadi setiap hari dia harus pegang dan main hp,” ujarnya menambahkan.

Marsan mengatakan, ada perbedaan antara orang yang mengalami gangguan jiwa karena gawai dan sebab lain. Menurut dia, orang yang mengalami gangguan jiwa biasa kalau lihat gawai biasa saja.

Namun, orang yang mengalami gangguan jiwa karena gawai akan terangsang dan agresif jika melihat gawai. Misalnya TY. “Dia kalau melihat hp atau melihat orang bawa hp, otomatis terangsang untuk merampas,” ujarnya menjelaskan.

Menurut keterangan keluarga, TY selama ini memang sering main gawai setiap hari. “Jadi bisa dikatakan waktunya habis untuk main hp atau game setiap harinya.” 

Doa dan Ramuan

Marsan mengaku memiliki cara dan teknik sendiri untuk mengobati anak yang mengalami gangguan jiwa karena gawai. Menurut dia, pengobatan atau rehabilitasi dilakukan sesuai dengan kondisi kejiwaan pasien.

Contohnya, pasien yang kecanduan gawai, akan dijauhkan dari perangkat elektronik tersebut. “Kita juga hati-hati bermain hp, khususnya kalau di depan dia,” ujarnya.