Rumah Politik Buruh

Peringati May Day, Ribuan Buruh Penuhi SUGBK
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Siang itu, Hotel Sofyan Betawi tampak ramai. Puluhan orang berkerumun di lantai dasar hotel yang terletak di Jalan Cut Mutia, Menteng, Jakarta Pusat itu.

Mereka memadati ruangan seluas lapangan bulutangkis yang menjadi aula hotel. Sebagian duduk di kursi tanpa meja.

Sementara itu, yang lain memilih berdiri. Bahkan, karena keterbatasan tempat, ada yang terpaksa berada di luar ruangan.

Puluhan orang ini merupakan aktivis buruh dari berbagai organisasi. Hari itu, mereka menggelar jumpa pers terkait persiapan perayaan Hari Buruh Internasional atau yang biasa dikenal dengan May Day.

Namun, ada yang istimewa dari konferensi pers ini. Selain akan menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran, aliansi yang mengatasnamakan Gerakan Buruh Indonesia (GBI) ini juga akan mengusung agenda lebih besar. Mendirikan partai politik.

Sejumlah konfederasi tergabung dalam GBI. Mereka di antaranya KSPI, KSPSI, KSBI, KP-KPBI, dan FSPASI. Konferensi pers yang digelar itu menjadi sarana menyampaikan sikap politik buruh.

Backdrop bertuliskan "Buruh Bersatu Bersama Rakyat Bangun Partai Politik Sendiri" terpampang di dinding ruangan. Sesekali terdengar sorak dan teriakan "hidup buruh" dari dalam ruangan.

Perwakilan dari Komite Persiapan-Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KP-KPBI) Ilham Syah mengatakan, membangun partai politik merupakan jalan yang bisa mengubah kebijakan terkait tuntutan dan aspirasi buruh.

“Kalau buruh menitipkan nasibnya terus, kami sudah membuktikan tidak ada perbaikan yang signifikan,” ujar Ilham kepada VIVA.co.id, Kamis, 30 April 2015.

Menurut dia, rezim pemerintah silih berganti. Namun, nasib buruh tetap sama. Untuk itu, dengan membentuk kekuatan politik sendiri, buruh akan bertarung dengan kekuatan-kekuatan politik yang sudah ada.

Menurut dia, GBI tak akan langsung mendirikan partai politik, dan baru mendeklarasikan sikap politik. “Tahapan berikutnya mengonsolidasikan kekuatan buruh menjadi ormas nasional,” dia menambahkan.

Ilham menjelaskan, gagasan mendirikan partai politik sendiri sebenarnya bukan sesuatu yang baru di kalangan buruh. Menurut dia, mereka sudah mendiskusikan ide itu sejak beberapa tahun lalu.

Namun, gagasan itu sempat tertunda karena Pemilu 2014. Menurut dia, dalam Pemilu 2014, gerakan buruh terpecah. Kondisi ini semakin menguatkan tekad buruh untuk memiliki kendaraan politik sendiri.

“Karena dengan cara menitipkan ke partai-partai yang ada tidak akan efektif dan tak bisa berbuat banyak, karena tidak ada alat politik sendiri,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Andi Gani. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) ini mengatakan, selama ini buruh hanya menjadi komoditas politik semata. Menurut dia, buruh hanya "dilirik" tiap lima tahun sekali, saat Pemilu.

Namun, setelah Pemilu usai, buruh dilupakan. Untuk itu, buruh harus membangun rumah politik sendiri, guna menampung aspirasi kaum pekerja.

“Kami tidak merasa partai-partai lain mengganggap buruh. Kami berharap buruh ada di wadah politik, kami berjuang di jalanan, tapi di dalam sistem juga,” ujarnya kepada VIVA.co.id, Rabu, 29 April 2015.

Setelah Pemilu usai, buruh dilupakan. Untuk itu, buruh harus membangun rumah politik sendiri, guna menampung aspirasi kaum pekerja. FOTO: VIVA.co.id/Nurcholis Anhari Lubis