Senandung Bait Perjuangan

Warga yang tergabung dalam Persatuan Gabungan Lintas Masyarakat (Panglima) bersama TNI dan Polri menggelar upacara pengibaran bendera Merah Putih di Bukit Piramida, Desa Lampanah Leungah, Seulimum, Kabupaten Aceh Besar.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ampelsa

VIVA – Jarum jam masih menunjukkan pukul 8 pagi. Namun, mulut Alifah Raisya sudah komat-kamit membaca suatu teks. Sambil duduk, di tangan kanan bocah sembilan tahun itu memegang sehelai kertas yang bertuliskan lirik sebuah lagu nasional perjuangan.

Pagi itu, Kamis, 9 November 2017, Raisya akan tampil di depan kelas untuk pengambilan nilai mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Sorot mata siswi kelas 4 sekolah dasar negeri di Batuampar, Jakarta Timur itu tak bisa pindah dari kertas putih yang dipegangnya. 

Wajahnya terlihat serius coba menghafal. Sesekali ia melirik ke arah temannya yang hampir semuanya sudah tampil. Hardikan teman sebangkunya tak digubrisnya.

Giliran Raisya pun tiba. Anak dengan kuncir model rambut kepang itu dapat urutan terakhir. Dengan seragam putih merah dan sepatu hitam, ia agak canggung tampil di depan kelasnya. Tepukan teman-temannya mengiringi penampilannya. 

Dengan sedikit gugup, lantunan suara lantang keluar dari mulutnya. Raisya memilih lagu perjuangan bernada heroik, Maju Tak Gentar, karya komponis Cornel Simbolon. Meski gugup di awal, namun suara melengking Raisya mampu membuat satu ruangan kelas bersemangat.

Hentakan sepatu ke lantai diiringi kepalan tangan ke atas memperlihatkan semangat para murid. Sorak dan tepuk tangan seorang guru menambah gemuruh kelas berukuran 6 x 9 meter tersebut.

Momentum di Hari Pahlawan, lagu nasional seperti Maju Tak Gentar karya pejuang Cornel Simanjuntak sering dilantunkan murid-murid di sekolah-sekolah. Maju Tak Gentar diyakini merupakan salah satu lagu yang dapat memunculkan semangat para pejuang melawan Belanda. 

Pelajar mengibarkan bendera Merah Putih saat acara Pesta Bendera di Kadipiro, Solo, Jawa Tengah, menyambut HUT ke-72 Republik Indonesia. (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

Di era sekarang, tak hanya Hari Pahlawan, lagu ini juga didengungkan saat peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Pesannya agar para murid mengingat perjuangan para pahlawan.

Nama Cornel Simanjuntak mungkin kurang dikenal. Sebagai pencipta lagu, karyanya Maju Tak Gentar lebih mudah diingat sebagai lagu wajib yang dihafal kategori murid sekolah dasar.

Sejarah mencatat, Cornel merupakan komponis yang juga pejuang. Sebagai seniman, pria kelahiran Pematangsiantar tersebut menciptakan Maju Tak Gentar karena situasi perjuangan melawan Belanda dan sekutu. Setiap bait lagu itu memberikan semangat dan jangan mundur melawan penindasan pasukan penjajah.

Lirik Maju Tak Gentar awalnya sebagai lagu propaganda yang memberikan spirit patriotisme pada tahun 1945. Baru pasca proklamasi kemerdekaan, lagu ini memiliki fungsi yang sebenarnya dalam membangkitkan perjuangan nasional (Wisnu Mintargo, Humaniora Volume XV, Lagu Propaganda Dalam Revolusi Indonesia: 1945-1949, 2003:110).

Dalam biografinya, Cornel Simanjuntak ingin rekan-rekannya yang sesama pejuang dengan gigih tak gentar mengangkat senjata melawan penjajah. Meskipun dalam pertempuran, tentara Indonesia yang diisi mayoritas pelajar dan pemuda tak seimbang dari segi peralatan senjata melawan Belanda dan sekutu.

Pengalaman Cornel sebagai pejuang pada 1945-1946 turut menginspirasi bait Maju Tak Gentar. Nadanya heroik. Pengalaman menjadi tentara dan ikut berperang di Jakarta dan Yogyakarta pada 1945-1946 menjadi latar belakangnya. Di Kota Yogyakarta pula, Cornel menemukan inspirasi menciptakan Maju Tak Gentar.

Di era kolonialisme, Maju Tak Gentar lebih sering didengungkan pasca proklamasi kemerdekaan RI. Inti pesan dari lagu tersebut, perjuangan kemerdekaan belum berakhir meski proklamasi kemerdekaan sudah dibacakan. Sebab, Indonesia harus menghadapi perang melawan Belanda dan sekutu.  

Sejak Jepang kalah, Belanda yang belum rela mengakui kemerdekaan Indonesia kembali datang ke Tanah Air dengan membawa pasukan sekutu. Kedatangan Belanda dan sekutu mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia. 

Keberanian perlawanan ini ditandai dengan kekompakan mengumandangkan lagu perjuangan. Salah satunya Maju Tak Gentar yang dilantunkan di seluruh penjuru daerah. Tak hanya di Yogyakarta, di daerah lain terutama Pulau Jawa yang merupakan pusat perjuangan, lagu ini terus dilantunkan para pejuang.

Saat menciptakan Maju Tak Gentar, Cornel menjabat pimpinan Angkatan Pemuda Indonesia (API) cabang Tanah Tinggi yang bermarkas di Menteng 31 sebagai pusat koordinasi dan komando. 

Bersama beberapa rekan pejuang, Cornel sering mengendarai mobil pikap tua dengan iringan sebuah gitar mengumandangkan Maju Tak Gentar. Bahkan, lagu ini terus dilantunkan sambil melambaikan bendera merah putih untuk membangkitkan semangat rakyat di sepanjang jalan yang dilalui (Binsar Sitompul, Cornel Simanjuntak: komponis, penyanyi, pejuang, 1987:51). 

Selanjutnya, Gelora Bandung Lautan Api