Amerika Langgar Perjanjian Nuklir, Iran Masuk Aliansi Rusia-China

VIVA Militer: Rudal Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran (Artes)
Sumber :
  • jns.org

VIVA – Sikap Amerika Serikat (AS) dan Israel yang terus menyudutkan Republik Islam Iran terkait program senjata nuklir, akhirnya mendapat respons. Iran akhirnya mendekat kepada aliansi pertahanan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), di mana Rusia dan China menjadi kekuatan utamanya.

Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari Kantor Berita Rusia, TASS, pemerintah Iran tengah menyiapkan sejumlah dokumen untuk masuk ke dalam SCO.

Persiapan Iran untuk menjadi salah satu anggota aliansi politik, ekonomi dan pertahanan negara Eropa dan Asia (Eurasia), dikonfirmasi langsung oleh Duta Besar Iran untuk Rusia, Kazem Jalali.

Diungkap Jalali, negaranya masih harus menjalani sejumlah tahapan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Berbagai langkah persiapan dipastikan Jalali sudah dilakukan Iran, demi mendapatkan keanggotaan di Organisasi Kerjasama Shanghai. 

VIVA Militer: Vladimir Putin dan Ayatollah Khamenei

Photo :
  • leader.ir

"Proses untuk mendapatkan keanggotaan penuh di Organisasi Kerjasama Shanghai terdiri dari tahapan yang harus dilaksanakan, oleh negara kandidat dalam kerangka waktu yang ditentukan," ujar Jalali.  

Organisasi Kerjasama Shanghai sendiri dibentuk oleh lima negara, Rusia, China, Kazakhstan, Kyrgystan dan Tajikistan. Kelima negara Eurasia ini sepakat menandatangani aliansi SCO pada 26 April 1996.

Keputusan Iran untuk menjadi bagian dari SCO, tak lepas dari pelanggaran yang dilakukan Amerika terhadap perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). 

Pada 14 Juli 2015 silam, Iran sempat menyepakati perjanjian nuklir dalam JCPOA dengan Amerika.

VIVA Militer: Rudal Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran (Artes)

Photo :
  • aspistrategist.org.au

Penandatanganan perjanjian tersebut digelar di Wina, Austria, disaksikan oleh negara-negara anggota Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan delegasi Uni Eropa.

Setelah diberlakukan pada 16 Januari 2016, Iran bersedia menghancurkan 98 persen cadangan uranium yang menjadi bahan dasar pembuatan senjata nuklir. Akan tetapi, Amerika di bawah kepemimpinan Donald Trump melanggar perjanjian itu.

Pada 2018, Amerika di bawah komando Trump menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran. Sebagai respons keras atas sikap Amerika, Negeri Mullah kembali memulai program nuklirnya setahun kemudian.