Loket Bandara Tutup, Pebisnis Tiket Online Semringah
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Terhitung mulai 1 Maret 2015, pembelian tiket penerbangan langsung di loket Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten ditiadakan. Hal serupa juga berlaku di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Penumpang diarahkan untuk bertransaksi secara online.
Penutupan gerai penjualan tiket pesawat di kedua bandara itu oleh PT Angkasa Pura II (AP II), memberikan ruang segar bagi pebisnis tiket online. Pertumbuhan penjualan tiket pesawat diperkirakan meningkat hingga empat kali lipat.
Optimisme itu ditambah oleh respons penumpang penerbangan yang tidak terlalu mempersoalkan penutupan gerai tersebut. Sebab, menurut penumpang, harga tiket pesawat bisa jauh lebih murah kalau dibeli secara online, ketimbang membeli melalui loket atau bahkan agen perjalanan.
"Lebih murah online. Kalau manual kan bedanya bisa Rp10.000 atau Rp20.000 atau maksimal Rp50.000. Malah kalau waktunya mepet mungkin bisa Rp100.000," tutur Rafli, salah satu penumpang Garuda Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta.
Tarif miring itu dimungkinkan lantaran pembeli bisa memilih tarif terbaik dari sebuah maskapai. "Karena kami selalu mendapatkan fare terbaik dari maskapai. Kami berikan harga terbaik," ujar Gaery Undarsa, Managing Director PT Global Tiket Network kepada VIVA.co.id, Senin 2 Maret 2015.
Melalui situs online ticketing, Tiket.com, Geary menargetkan penjualan tiket tahun ini meningkat tiga hingga empat kali lipat. Untuk diketahui, penjualan tiket penerbangan di Tiket.com pada 2014 mencapai 1,9 juta transaksi.
"Tahun ini, target kami naikkan sekitar tiga sampai empat kali lipat. Tapi, itu tidak berkaitan dengan penutupan gerai di bandara. Itu target perusahaan dari awal," kata dia.
Gaery cukup optimistis perusahaannya dapat meraih target tersebut. Perilaku masyarakat, kata dia, akan mulai berubah ke arah digital. Dengan demikian, mereka akan lebih memilih beli tiket secara online ketimbang datang langsung ke gerai tiket.
"Lama-lama orang bakal nyadar dan beralih ke online. Untuk short term, efek penutupan gerai di bandara mungkin hanya 10-20 persen," katanya.
Masyarakat digital
Pergeseran gaya hidup masyarakat ke ranah digital ini pula yang agaknya menjadi salah satu alasan AP II menutup gerai tiket, selain untuk meminimalisasi praktik percaloan.
Masyarakat di Jakarta dan Medan dianggap sudah melek teknologi. Itu makanya, AP II memilih Soekarno-Hatta dan Kualanamu sebagai target pertama penutupan gerai tiket.
"Kenapa Jakarta dan Kualanamu kami terapkan terlebih dahulu, karena masyarakatnya sudah lebih terbiasa menggunakan jaringan internet," ujar Direktur Utama AP II, Budi Karya Sumadi kepada VIVA.co.id.
Dia mengatakan, peniadaan loket tiket di bandara kelolaan AP II dilanjutkan pada 1 April mendatang. Seperti, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (Palembang), Bandara Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Bandara Internasional Minang Kabau (Padang), dan Bandara Husein Sastranegara (Bandung).
Kemudian, pada 1 Mei, loket tiket langsung yang dihilangkan yaitu, Bandara Iskandar Muda (Aceh), Bandara Halim Perdanakusuma (Jakarta), Bandara Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang), Bandara Depati Amir (Pangkal Pinang), Bandara Supadio (Pontianak), Bandara Sultan Thaha (Jambi), dan Bandara Silangit (Tapanuli Utara).
"Semua bandara di bawah AP II akan dilaksanakan di bulan mendatang. Kenapa pada tahap pertama di Soetta dan Kualanamu? Karena penumpangnya terbiasa berkomunikasi melalui internet. Sedangkan yang lain kami kasih kesempatan setelah Jakarta dan Medan selesai. Bulan April," ujarnya.
Langkah AP II itu dinilai positif oleh pengamat bisnis dari Inventure, Yuswohady. Menurut dia, masyarakat pengguna penerbangan lebih didominasi oleh kelas menengah, selain kelas atas. Kelas menengah, kata dia, cukup melek internet.
"Mereka juga cukup pintar. Mereka mencari tiket yang paling efisien. Dan, itu hanya bisa diperoleh melalui tiket online," kata pakar bisnis dan pemasaran yang akrab disapa Siwo itu.
Sebagai motor utama industri penerbangan, kata Siwo, kelas menengah sudah menjadikan liburan sebagai kebutuhan primer. "Mereka punya disposable income (pendapatan siap dibelanjakan) untuk merencanakan traveling. Karena direncanakan, jelas mereka sudah membeli tiket jauh sebelum hari penerbangan," kata dia.
Mereka yang kepepet
Lantas, bagaimana dengan masyarakat yang belum melek internet? Atau penumpang yang kepepet dengan segala kondisi yang tidak memungkinkannya membeli tiket online secara mandiri?
AP II memberikan sarana komputer untuk penumpang bertransaksi secara online. Bekas gerai-gerai tiket tersebut akan dialihfungsikan menjadi gerai layanan pelanggan (customer service/CS). Komputer dengan akses internet akan diletakkan di gerai CS. Perlunya, agar calon penumpang bisa langsung memesan melalui CS.
"Jadi, dia (calon penumpang) bisa membeli di tempat, tapi dengan cara online. Disediakan PC di masing-masing CS online. Jadi, tetap bisa di sana tapi dia langsung online, manual sudah tidak ada," kata Budi.
Penumpang yang ingin atau terpaksa membeli tiket di bandar udara, menurut Budi, akan diberikan fasilitas kemudahan. AP II akan membantu mengarahkan calon penumpang. Setelah melakukan pemesanan tiket secara online di CS, pelanggan bisa membayar tiket tersebut melalui ATM.
Budi mengaku, sejauh ini respons masyarakat terhadap pelayanan ini positif. Lantarannya, sudah disosialisasikan baik dari pihak AP II maupun melalui media.
Saat dipastikan ke lapangan, salah satu calon penumpang Lion Air bernama Misa mengaku lebih efisien memesan tiket melalui online. "Pesannya di rumah saja, lebih enak sebetulnya," tutur penumpang tujuan Medan itu.
Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, menyebutkan, pemberlakuan aturan dalam Surat Edaran Menteri Perhubungan HK.209/I/16PHB.2014 tentang Peningkatan Pelayanan Publik di Bandar Udara Seluruh Indonesia itu, untuk mengurangi penumpukan penumpang di bandara.
Potensi online ticketing
Dewasa ini, selain maskapai yang menyediakan penjualan tiket secara online, banyak situs penjual tiket yang berafiliasi dengan maskapai. Bahkan, mereka berlomba-lomba untuk memberikan tarif penerbangan terbaik bagi calon konsumen.
Sebut saja, situs pegipegi.com, skyscanner.co.id, nusatrip.com, traveloka.com, tiket.com, dan banyak lagi. Bahkan, tak sedikit para penjaja tiket online tersebut memiliki sub-agen yang juga menggunakan daring sebagai sarana jualan.
Nilai bisnis tiket penerbangan nyatanya cukup menggiurkan. Tiap tahun, pertumbuhannya selalu menggembirakan. Bahkan boleh dibilang menggiurkan.
"Ke depan, bisnis online ticketing ini bisa menggeser gerai penjual tiket konvensional. Karena ke depan, semua sudah mengarah ke online," tutur Siwo.
Tabiatnya, industri penerbangan akan tumbuh dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Ini artinya, bisnis tiket online akan semakin menjamur seiring berkembangnya tingkat melek internet di masyarakat.
"Jadi, langkah AP II menutup gerai fisik penjualan tiket, itu merupakan cara untuk mem-push masyarakat untuk go online," katanya. (art)
![vivamore="Baca Juga :"]
[/vivamore]