Harapan Besar dan Peluang Rio Haryanto di F1
Sabtu, 19 Maret 2016 - 06:58 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Manor Grand Prix Racing
VIVA.co.id - Akhirnya, bendera Indonesia berkibar di sirkuit Formula One (F1) pada balapan pembuka GP Australia di Albert Park, Melbourne, akhir pekan ini. Rio Haryanto menjadi "Garuda" pertama yang tampil di balapan roda empat paling bergengsi tersebut.
Rio dipastikan mengisi satu mobil Manor Racing sepanjang musim 2016 ini. Penampilan gemilangnya kala menduduki peringkat empat GP2 musim lalu, menjadi modal pembalap 22 tahun tersebut untuk mengarungi balapan balapan F1.
Baca Juga :
Euforia besar pun dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Berbagai dukungan diberikan, termasuk penggalangan dana ketika dana yang harus dibayar Rio untuk 'membeli' kursi Manor masih kurang.
Jangankan pada balapan hari Minggu mendatang, 20 Februari 2016, ketika Rio baru melakukan tes di Circuit de Catalunya Februari kemarin, antensi besar juga sudah diperlihatkan publik Tanah Air.
Tidak hanya masyarakat, pemerintah Indonesia pun ikut jor-joran memberikan dukungan pada pemuda kelahiran Surakarta tersebut. Bantuan dari perusahaan pelat merah macam Pertamina ikut membantu keberadaan Rio di balapan F1 musim ini.
Warga Negara Indonesia yang tinggal di Melbourne pun tak tinggal diam dengan memberikan dukungan langsung buat Rio. Sebuah lecutan semangat yang luar biasa buat pembalap pertama F1 asal Indonesia itu.
Tetapi, seperti pedang bermata dua, lecutan semangat ini juga bisa menjadi beban tersendiri buat Rio. Keinginannya untuk membalas kepercayaan seluruh elemen di Republik ini tentu begitu besar.
Hal itu bisa terlihat dalam ajang tes di Circuit de Catalunya lalu. Ketika itu, Rio sengaja menginjak pedal gas dalam-dalam untuk mempertajam catatan waktu miliknya. Tentu gegabah bagi seorang pendatang baru. Ia pun akhirnya terpelintir masuk gravel.
Berbicara jelang balapan pertamanya di F1, Rio pun mengakui, sangat terkesan dengan dukungan yang diberikan oleh publik Indonesia. Tetapi, mengingatkan kalau dia masih dalam proses adaptasi.
"Sudah jelas bisa tampil di Formula 1 adalah hal yang luar biasa dan saya sangat bangga dan saya yakin seluruh Indonesia juga bangga atas pencapaian ini," ujar Rio dalam jumpa pers resmi di F1 pertamanya.
"Saya baru di F1, jadi masih banyak hal yang harus dipelajari dan ekspektasi saya adalah mencoba dan belajar secepat mungkin, serta membangun hubungan luar biasa dengan tim. Ini mimpi saya dan luar biasa bagi saya dan negara saya. Dukungan itu sangat bermakna buat saya jadi saya ingin terus bersama fans di setiap langkah," tambahnya.
Bisakah kita berharap banyak?
Bisakah kita berharap banyak?
Setelah menapaki langkah ke balapan F1, sekarang pertanyaannya, apakah kita bisa berharap Rio meraih hasil maksimal, merebut poin, atau malah duduk di podium?
Tentu, itu harapan kita semua dan bisa merebut poin menjadi target tersendiri bagi tim Rio. Tetapi, kita juga harus realistis melihat statusnya sebagai rookie. Apalagi, Rio efektif baru empat hari berada di belakang kemudi 'jet darat'.
Dalam empat hari yang padat itu, Rio menghabiskan waktu mengasah diri mulai dari simulasi balapan, simulasi di fase kualifikasi, berlatih start, berlatih pitstop, melahap satu lap penuh, ditambah berbagai prosedur persiapan jelang balapan.
"Tentu saja, saya pasti ingin waktu lebih banyak waktu untuk bersiap, tetapi saya siap," tegas Rio.
Namun, harapan untuk langsung tampil menawan di balapan pertama di GP Australia sepertinya masih belum bisa dibumbungkan terlalu tinggi. Menilik catatan waktu selama Free Practice (FP) pada Jumat 18 Mei 2016, penampilan Rio masih menempatkan MRT-05 miliknya di papan bawah catatan waktu.
Pada FP1 yang diguyur hujan, Rio sempat tergelincir ke gravel, namun berhasil mencatatkan waktu terbaik 1 menit 43,372 detik dan menempati peringkat 19 dari 20 pembalap yang turun. Ia berhasil unggul tipis atas pembalap tim Haas, Romain Grosjean.
Sementara itu, di FP2, Rio masih berada di posisi satu tingkat di atas posisi terbawah yang kali ini diduduki Nico Rosberg yang menabrakan mobil Mercedes-nya ke dinding sirkuit pada awal sesi latihan bebas.
Menurut Rio, hasil kurang efektif yang diraih selama latihan bebas pada Jumat, karena ini kali pertama dia tampil di lintasan basah. Tetapi, ia bersyukur mendapatkan pelajaraqn berharga ini di awal musim.
"Tentu saja, ini akan menjadi lebih baik bila mendapatkan beberapa race dengan kondisi kering, guna membantu persiapan di akhir pekan,” kata Rio, seperti dilansir GPUpdate.
Dukung boleh, mencaci jangan
Dukung boleh, mencaci jangan
Mantan pembalap F1 asal Malaysia, Alex Yoong, pun ikut mengingatkan soal masalah adaptasi singkat yang menghantui Rio. Menurut pembalap kedua asal Asia Tenggara di balap 'jet darat' tersebut, ajang F1 bukan tempat yang mudah untuk beradaptasi.
"Semoga, dia bisa dapat banyak waktu untuk menyesuaikan diri," ujar Yoong, saat jadi komentator di Fox Sports Asia.
"Ini akan jadi menjadi tempat sulit untuk belajar bagi dia. Tetapi, apapun yang terjadi, dia harus terus fokus pada penampilannya dan coba untuk mengimbangi rekannya (Pascal Wehrlein)," tambahnya.
Melihat kekuatan Manor Marussia tahun lalu, tim ini menjadi satu-satunya tim yang gagal mendapatkan satu poin pun sepanjang musim. Hal ini yang membuat Yoong juga lebih realistis, meski sadar betul dengan beban dukungan di bahu Rio.
"Masyarakat pasti menunggu hasil, tetapi hasil ini tak akan mudah datangnya. Manor Racing adalah tim yang lebih banyak start dari belakang. Mereka mungkin memiliki mobil paling lemah," nilai Yoong.
Meski Rio memiliki track record dan pengalaman di GP2 dan GP3, F1 merupakan loncatan yang cukup tinggi. Bukan masalah mobil atau ban, tetapi banyak hal lain yang bakal dirasakan Rio untuk pertama kalinya.
"Sebelumnya, Anda hanya berinteraksi dengan sedikit engineers, tetapi sekarang Anda harus bekerja sama dengan sekitar 30 engineers di sekitar Anda. Banyak faktor di luar trek, akan lebih tricky dan balapan yang lebih rumit," tambah pembalap yang kini berusia 39 tahun itu.
Melihat penampilannya sebelum balapan di GP Australia, kita harus realistis melihat peluang Rio dalam balapan nanti. Jangan langsung mencaci melihat kurang okenya penampilan anak Indonesia pertama di F1 itu.
Sekarang saja, sudah banyak cacian yang muncul di dunia maya. Sebutan "pembalap BUMN" sampai kalimat-kalimat yang meremehkan kemampuan Rio untuk sukses pun tak sedikit keluar dari para netizens.
Sorotan besar media menjadi salah satu alasan harapan masyarakat jadi membumbung tinggi. Rio dinilai sudah siap menjadi salah satu kejutan di ajang F1, tanpa melihat fakta kalau balapan ini diisi oleh pembalap kelas dunia seperti Lewis Hamilton, Nico Rosberg, Sebastian Vettel, sampai Daniel Ricciardo.
Ada baiknya sekarang masyarakat kini kembali menginjak bumi dan memberikan dukungan dan doa tulus untuk Rio. Harapan berlebihan malah bakal memberikan rasa kecewa yang luar biasa.
Sementara itu, bagi Rio, lebih baik fokus dalam persaingannya dengan rekan satu timnya di Manor Racing, Pascal Wehrlein. Keunggulan atas 'pembalap masa depan' Mercedes itu sudah bisa dinilai sebagai sebuah prestasi mengesankan.
Melihat realitas, bisa melihat Rio langsung terbang tinggi di F1 tampak seperti mimpi. Namun, dengan dukungan tulus 250 juta masyarakat Indonesia, maka bukan tidak mungkin mimpi itu jadi kenyataan. Tetapi, lebih baik berikan dukungan positif daripada nada celaan yang hanya bikin beban semakin besar. (asp)