Banyak Atlet Hidup Melarat, Apa Komentar Susy Susanti?

Susy Susanti & Alan Budikusuma saat meraih emas Olimpiade 1992 Barcelona
Sumber :
  • google

VIVA.co.id – Bukan rahasia lagi jika banyak mantan atlet yang kini hidup menderita. Bahkan saking miskinnya, beberapa mantan atlet terpaksa menjual medali yang mereka peroleh. Penderitaan para mantan atlet ini juga mendapat perhatian dari legenda bulutangkis Indonesia, Susy Susanti.

Ya, Susy mengaku sangat memahami perasaan para mantan atlet tersebut. Pasalnya, istri dari Alan Budikusuma ini juga merasakan betapa kurangnya perhatian dari pemerintah untuk para mantan atlet. Padahal, pada masa jayanya mereka dielu-elukan sebagai pahlawan bangsa.

"Saya dulu hanya mendapat penghargaan tanda jasa dan ucapan terima kasih. Padahal, sebagai atlet kami telah berkorban dan investasi banyak. Untuk latihan dan gizi itu tak hanya ratusan juta. Belum kami juga mengorbankan pendidikan kami," kata Susy saat ditemui dalam sebuah acara bersama Astra Daihatsu Motor, akhir pekan lalu.

"Kalau lagi dibutuhkan disebut anak bangsa. Habis itu, siapa lu? Pemerintah tak mau tahu," tambah peraih medali emas tunggal putri bulutangkis Olimpiade Barcelona 1992 tersebut.

Menurut Susy, sikap yang kurang menghargai seorang atlet ini juga ikut mempengaruhi prestasi olahraga di Indonesia. Dengan kondisi seperti itu, masih menurut Susy, tentu banyak orang yang lebih memilih profesi lain dibanding menjadi atlet.

"Bukan berarti kami mata duitan. Saya kesal jika mendengar hal seperti itu. Sekarang saya tanya, kamu disuruh hanya mengabdi mau tidak? Hal seperti itu harus diperhatikan," kata wanita bernama lengkap Lucia Francisca Susy Susanti ini.

Susy menambahkan, pemerintah harus lebih menghargai para atlet jika memang ingin memajukan olahraga Indonesia. "Lihat yang terjadi pada Tontowi/Liliyana, dalam sebuah acara banyak anak kecil yang mendadak ingin main badminton karena alasan ingin dapat bonus. Ya intinya, kalau mau ngundang semut harus ada gula," kata Susy.

Ya, Susy memang menjadi salah satu “korban” dari bentuk ketidakpedulian pemerintah pada para atletnya. Masih menurut Susy, kurangnya penghargaan terhadap para atlet ini juga memicu banyaknya atlet dan mantan atlet yang memilih hijrah ke negara lain. "Kalau pindah dibilang tidak nasionalis, tapi negara bisa ngasih makan tidak?" kata Susy.

Dalam kesempatan itu, Susy juga tak membantah jika selama masih aktif menjadi atlet bahkan hingga pensiun, tawaran untuk bermain dan melatih negara lain banyak yang berdatangan. “Tapi, mungkin saya terlalu idealis saat itu, jadi saya menolak,” kata Susy. (one)