Marak Anak di Bawah Umur Main Roleplay, Ini Pesan dan Saran Psikiater untuk Orang Tua

Ilustrasi Roleplay
Sumber :
  • iStock.com

Jakarta – Beberapa pasti sudah tak asing dengan fenomena permainan Roleplay atau RP.  

Roleplay jika diartikan secara harfiah berarti permainan peran. Sesuai namanya, game ini dimainkan dengan cara kita berperan seolah-olah menjadi orang lain. Setiap pemain bebas memilih siapa karakter yang ingin mereka perankan. 

Fenomena ini kian marak di sosial media, karena platform dan akses yang lebih mudah. Namun, beberapa waktu kebelakang, permainan RP semakin banyak disalahgunakan dan berujung negatif.

Sosok di balik akun RP hits di TikTok

Photo :
  • TikTok

Salah satunya kasus seorang anak yang memiliki akun RP di TikTok dengan banyak followers. Ia bahkan kerap mengunggah konten dewasa dan memiliki "anak" dalam RP tersebut.

Namun, belakangan diketahui bahwa akun itu adalah milik seorang bocah SD berusia 11 tahun. Ayah dari bocah itu pun akhirnga tahu bahwa sang anak bermain RP dengan kelewatan, dan langsung mengomeli anak tersebut dan mengunci akunnya. 

Hal ini tentu membuat banyak orang tua was-was. Maka dari itu, seorang ahli psikiater membahas hal ini dan memberi tips positif apa yang bisa dilakukan oleh orang tua. 

"Parents, hati hati anak di bawah umur main RP (Roleplay)," tulis dr Vivi melalui akun @dr.zulvia.syarif.spkj. 

"Ini bahaya karena di dalam karakter itu, anak belum tentu bisa menjiwai si karakter yang diperankan. Dan bisa jadi orang yang main roleplay ini sebenarnya tidak tahu, sedang berinteraksi sama siapa. Bisa jadi aslinya laki-laki kah atau perempuan usia berapa, Identitasnya dirahasiakan," ujar psikiater tersebut, dilansir VIVA Sabtu, 17 Juni 2023. 

"Masalahnya anak di bawah umur itu harusnya nggak bisa ikutan main ini (roleplay). Karena, celakanya mereka bisa bermain peran seperti peran orang dewasa bahkan mungkin sexting (chating dengan tema seksual), membahas hal vulgar, seperti layaknya orang dewasa yang bisa mengirim pesan dan gambar terkait seks seperti suami istri," jelasnya.

"Ini memang berpura-pura, namun berbeda dari jaman dahulu, ini bisa berbahaya karena sudah melibatkan orang lain yang kita tidak tahu identitasnya. Ini bisa ada unsur pedofilia, predator anak dan sebagainya. Jadi parents harus hati-hati!,"

"Pointnya, satu, parents harus tau bahwa fenomena ini ada. Kedua, jika anak sudah main RP, parents harus menjaga emosi dan jangan memarahi dengan emosional, karena tak akan berakibat baik untuk anak. Ketiga, cari tahu alasan anak bermain itu dan pastikan anak tidak akan terekspos lagi dengan RP dan jika sudah parah, ke psikolog atau ke psikiater,

"Orang tua juga harus berkaca, mengapa anak bisa sampai bermain hal seperti ini," tutupnya.