Warga Uighur Unjuk Rasa di Istanbul

Ilustrasi Aksi Kemanusian untuk Muslim Uighur, Uyghur
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Warga Uighur di Istanbul, menggelar aksi unjuk rasa untuk memprotes kekejaman Tiongkok kepada saudara-saudara mereka, pada pembantaian Gulja yang terjadi 3-5 Febuari 1997 silam.

Dari berbagai pemberitaan di media massa, dalam peristiwa berdarah Gulja 1997, dilaporkan terdapat ratusan warga Uighur dibunuh atau dipenjarakan setelah berpartisipasi dalam demonstrasi damai di kota Ghulja di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR), Tiongkok. 

Hingga saat ini, tidak ada seorang pun yang dimintai pertanggungjawaban atas tindakan keras dan brutal Beijing terhadap protes yang dilakukan warga Uighur tanpa kekerasan sedikitpun.

Dilansir aninews, Kamis 8 Februari 2024, selain warga Uighur, sejumlah aktivis dan pemerhati etnis Uighur juga terlihat ikut berkumpul di dekat Konsulat Tiongkok di Sariyer, Istanbul, dalam aksi yang mereka lakukan untuk memperingati 27 tahun pembantaian Gulja.

Para pengunjuk rasa menyebut, paska tragedi berdarah Gulja, pemerintah Tiongkok terus melakukan serangan terhadap semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar masyarakat Uighur. 

Sejak tahun 2017 dengan “Strike Hard Campaign”, kampanye pemerintah Tiongkok melawan “terorisme dan ekstremisme”, pelanggaran hak asasi manusia ini telah berkembang menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida. 

Atas fakta sejarah inilah, sekitar 1000 hingga 1200 pria, wanita, dan anak-anak Uighur, berkumpul untuk menanggapi seruan protes yang disampaikan oleh Persatuan Internasional Organisasi Turkestan Timur, Uluslararasi Dogu Tirkestan Stk'lar Birligi (IUETO/UDTSB).

Dalam orasinya, Ketua IUETO, Hidayet Oguzhan memberikan pernyataan yang mengecam pihak berwenang Tiongkok atas pembantaian Gulja.

Oguzhan juga memprotes kebijakan 'interniran' dan genosida budaya yang dilakukan Tiongkok terbadap etnis minoritas, yang terus berlanjut hingga saat ini.

Senada dengan IUETO, Kongres Uighur Dunia (WUC) mengklaim ribuan warga Uighur di Ghulja, 27 tahun lalu, memilih untuk bersuara menentang penindasan yang dilakukan pemerintah Tiongkok selama beberapa dekade.

WUC menyebut banyak warga Uighur yang terus dipenjara karena keterlibatan mereka dalam demonstrasi Ghulja, dan kebijakan represif yang diberlakukan di Turkistan Timur terus mengancam kehidupan warga Uighur, yang dihilangkan secara paksa, dipenjarakan, ditahan, dan menjadi sasaran kerja paksa.

Protes Damai Melawan Diskriminasi


Pada tanggal 5 Februari 1997, ribuan pria, wanita dan anak-anak Uighur turun ke jalan di Ghulja dan menyerukan perlakuan yang sama, kebebasan beragama dan budaya, serta kebebasan berbicara. 

Mereka juga menuntut diakhirinya diskriminasi rasial yang mereka alami sehari-hari, yang berujung pada marginalisasi budaya dan ekonomi komunitas Uighur.

Demonstrasi damai tersebut ditanggapi dengan kekerasan oleh satuan Polisi Bersenjata Rakyat dan polisi anti huru hara. Menurut saksi mata, aparat keamanan melepaskan tembakan ke arah massa. 

Menurut laporan Amnesty Internasional yang dikeluarkan pada bulan April 1999, lebih dari 200 warga Uighur dieksekusi karena partisipasi mereka dalam demonstrasi damai tersebut.

Baca artikel Trending menarik lainnya di tautan ini.