Memahami Hidup dari Sudut Pandang Seorang Indigo

Ilustrasi Anak Indigo
Sumber :

VIVA.co.id – Saya ingat resolusi saya beberapa tahun sebelumnya. Bukan resolusi inti sih, hanya resolusi kecil untuk menyelesaikan target membaca buku. Tahun ini saya akan menyelesaikan target 50 buku. Saya mendapatkan sebuah buku yang menarik dengan judul Indigo Challenge (Identifikasi dan Penanganan bagi Anak-anak Indigo) karya Doreen Virtue, Ph.D.

Beliau adalah seorang doktor psikologi spiritual yang memiliki pengalaman pribadi dan profesional, yang sudah banyak memberikan lokakarya tentang bagaimana berkomunikasi dengan anak-anak yang didiagnosis sebagai indigo. Ia juga merupakan seorang ibu dari empat anak indigo (termasuk dua anak perempuan tirinya). Wow!!

Dari beberapa artikel kedokteran dan buku yang saya baca mengenai anak indigo, saya belum menemukan penjelasan yang pas tentang masalah ini. Beberapa artikel itu menjelaskan hanya dari sisi spiritualnya saja, bahkan sedikit sekali penjelasan dari seorang ahli profesional yang menjelaskan dengan logika. Di buku ini dijelaskan selain mengarahkan anak-anak ini untuk mengasah intuisinya, pola makannya juga harus dijaga.

Contohnya, menghindari mengonsumsi gula dan pewarna makanan yang dapat memicu insomnia dan hiperaktif, serta menghilangkan penggunaan obat-obatan seperti Ritalin yang dalam hal ini sering dipakai anak-anak indigo yang didiagnosis ADD (Attention Deficit Disorder-Kelainan Defisit Perhatian/Konsentrasi ) dan ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder-Kelainan Defisit Perhatian/Konsentrasi dan Hiperaktif).

Tetapi Jan Tober selaku co author The Indigo Children memberikan kata pengantar di buku ini bahwa tidak semua anak indigo mengidap ADD/ADHD, begitu pula sebaliknya. Bahkan Jan Tober dan Lee Carroll (partner menulisnya) menegaskan perbedaan keduanya, karena diagnosis keduanya sering sekali tertukar.

Menurut mereka definisi anak indigo adalah seseorang yang menunjukkan serangkaian gejala psikologis yang baru dan tidak biasa, serta menunjukkan suatu pola perilaku yang tidak pernah terdokumentasikan sebelumnya. Pola ini memiliki faktor-faktor yang sama dan unik, yang menyarankan bahwa siapa pun yang berinteraksi dengan mereka (khususnya orang tua) mengubah perlakuan dan pola asuh mereka untuk mencapai keseimbangan. Mengabaikan pola yang baru ini sama artinya dengan secara potensial menciptakan ketidakseimbangan dan frustrasi dalam benak kehidupan baru yang berharga ini.

Banyak yang menarik dalam buku ini. Salah satunya, beberapa wawancara dengan anak-anak yang teridentifikasi sebagai anak indigo. Bagaimana anak-anak itu mengemukakan pendapatnya tentang orang dewasa di sekitar mereka, tentang perlakuan orang tuanya, bagaimana mereka ingin orang dewasa memandang mereka.

Diselipkan juga beberapa teknik secara medis dan terapi malaikat yang sudah diterapkan oleh sang penulis kepada para pasiennya (khusus terapi malaikat dikembalikan pada kepercayaan masing-masing. Sebagai muslim saya akan kembali kepada tuntunan agama saya yaitu sesuai Alquran dan hadis). Saya hanya mempelajari dari sisi medisnya.

Mayoritas anak-anak indigo ini sangat sensitif terhadap jenis kebohongan atau kurangnya integritas dalam diri orang lain. Hal itu disebabkan mereka mempunyai apa yang disebut sebagai Spiritual Bull Shit Detector atau sejenis detektor kebohongan dalam diri mereka. Jika ketahuan berbohong, konsekuensinya adalah mereka akan berkata Anda berbohong dan mereka akan bertindak dengan cara agresi atau isolasi.

Alih-alih memperdebatkan sisi spiritualnya yang kadang orang awam pun tidak mengerti tentang mereka, lebih baik bagaimana mencari solusi menjalani hidup bermasyarakat dengan anak-anak Indigo ini. Karena sepemahaman saya banyak sekali yang menganggap dan mengarahkan anak-anak ini menjadi seorang paranormal. Padahal di buku ini dijelaskan banyak sekali potensi yang dimiliki oleh anak-anak indigo apabila pola asuh dan perlakuan sedikit diubah.

Di bulan Ramadan ini marilah kita saling mengintrospeksi diri. Saling menjaga hubungan bermasyarakat yang baik. Sambil menyelesaikan membaca buku karya Mrs. Doreen ini saya mendengarkan sebuah lagu karya Maher Zain yang berjudul Hold My Hand. Meresapi lirik dan memahami maknanya. Artikel ini saya tutup dengan quote dari salah satu penulis kesukaan saya, Pak Dwi Suwikyo, “Menulis adalah cara tersantun untuk menasihati diri sendiri,” salam takzim. (Tulisan ini dikirim oleh Yanthi Chan)