Catatan Ringan: Mengejutkan, Indonesia Termasuk Eksportir Stainless Steel Terbesar di Dunia

Ilustrasi Smelter nikel.
Sumber :
  • vstory

VIVA - Di saat dunia dilanda pandemi Virus Corona (Covid-19), ada berita menarik beberapa hari lalu yang luput dari perhatian. Uni Eropa kenakan bea masuk antidumping produk baja Indonesia! Mengejutkan memang. Sejak kapan Indonesia sebagai produsen Stainless Steel (baja nirkarat)?

Selama ini Indonesia tak dikenal sebagai negara eksportir baja nirkarat (stainless steel), malah sebaliknya sebagai negara importir baja dan baja nirkarat!

Meski Indonesia salah satu negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dengan total cadangan nikel sebanyak 21 miliar ton, tak satu pun perusahaan smelter yang berdiri dan mengolah nikel tersebut menjadi baja nirkarat. Malah Indonesia dikenal sebagai eksportir biji nikel bagi perusahan baja seluruh dunia; Uni Eropa, China dan India. Total ekspor biji nikel Indonesia per tahun sebesar 350 juta dolar Amerika.

Sejak pemerintahan Presiden Jokowi, ekspor nikel dilarang melalui Peraturan Menteri ESDM dan mulai berlaku per 1 Januari 2020. Jauh sebelum terbitnya Permen pelarangan ekspor bijih nikel tersebut, pemerintah Indonesia telah mengundang investor dari berbagai negara untuk berinvestasi di sektor hilir/pengembangan Nikel; baja nirkarat (stainless steel) dan baterai.

Undangan pemerintah Indonesia, disambut baik oleh investor. Saat ini, 11 smelter nikel sudah terbangun dan 25 smelter lainnya dalam proses pembangunan.

Dimulai pada akhir tahun 2015, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) bekerja sama dengan Tsingshan Holding Group dan Ruipu Technology Group Co., Ltd. sepakat untuk mendirikan PT Indonesia Ruipu Nickel and Chorme Alloy di Kawasan Industri Morowali, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

Perusahaan inilah yang membawahi bisnis high-carbon ferrochrome berkapasitas sebesar 600.000 ton per tahun dan pabrik stainless steel cold rolled berkapasitas 700.000 ton.

Dari berbagai informasi diperoleh data, bahwa Kawasan Industri Morowali telah menghasilkan 3,5 juta ton stainless steel per tahunnya. Angka yang fantastis yang membawa Indonesia sebagai produsen stainless steel terbesar keempat di dunia setelah Cina, Eropa, dan India.

Seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi, nilai ekspor stainless steel juga mengalami kenaikan dari 2 miliar dolar AS di tahun 2017 menjadi 3,5 miliar dolar AS di tahun 2018 dan tahun 2019 menurut informasi yang diperoleh penulis mencapai 7,5 miliar dolar AS.

Terlepas dari kontroversi soal tenaga kerja asing asal China yang ramai di media sosial. Berita pengenaan bea masuk antidumping bagi baja nirkarat Indonesia oleh China dan Uni Eropa merupakan berita positif di tengah pandemi Covid-19.

Sekarang, Pemerintah harus menjelaskan berapa banyak TKA yang terlibat industri baja nirkarat dan berapa besar tenaga kerja lokal yang terserap. Selain itu, pemerintah harus menjelaskan juga berapa lama tenaga kerja asing itu nantinya bisa digantikan oleh putera puteri Indonesia. Inilah pekerjaan rumah Pemerintah, sehingga tak ada dusta di antara kita. (Lalu Mara Satriawangsa)

 

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.