Catatan Ringan: "Musim Semi" di Amerika Serikat?

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghadapi gelombang demonstrasi warganya.
Sumber :
  • vstory

VIVA - Setelah kematian George Floyd, Amerika Serikat menuju chaos. Demo dan pengrusakan (penjarahan) terjadi di berbagai kota di Amerika Serikat. Presiden Donald Trump mengancam akan mengeluarkan jurus terakhir, yakni menurunkan militer untuk mengakhiri kerusuhan dan pelanggaran hukum.

Situasi sangat sulit bagi Donald Trump untuk memulihkan situasi mengingat 36 juta warga AS terkena PHK akibat pandemi Covid-19. Bila ditambah dengan angka pengangguran maka jumlahnya bisa di atas 60 jutaan warga tanpa penghasilan dan terbelit utang (cicilan rumah, mobil, asuransi dan sebagainya).

Tekanan ekonomi membuat rakyat AS frustasi dan menemukan jalan untuk membuat perbuatan melawan hukum (kerusuhan dan penjarahan) setelah Derek Chauvin dan kawan-kawan, polisi Minneapolis melakukan pembunuhan secara sadis atas warga Afro America George Floyd. Kesewenang-wenangan ditunjukkan secara vulgar oleh oknum polisi tersebut.

Ditambah lagi berbagai pernyataan Donald Trump yang membuat warga AS semakin terbelah.

Dan apa yang terjadi saat ini adalah harga yang harus dibayar Donald Trump yang sejak awal kampanyenya dahulu membawa/mengusung isu rasial.

Di saat kesewenang-wenangan, ketidakadilan, dan perilaku rasis dipertontonkan secara vulgar ditambah belitan ekonomi maka ibarat api bertemu bensin: terbakar. Itulah harga yang harus dibayar.

Adakah ini tanda-tanda Donald Trump tak akan melanjutkan periode keduanya? Kita tunggu saja Pilpres AS November 2020 yang akan datang. Bila sebelumnya ada Arab Springs, bukan tak mungkin pula "musim semir" terjadi di Amerika Serikat. (Lalu Mara Satriawangsa)

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.