Uang dan Kekuasaan adalah Deception

Pedagang grosir dan pembeli eceran.
Sumber :
  • vstory

VIVA - GULA MERAH SEKILO (Renungan Diri). Alkisah, Seorang lelaki miskin menjual gula merah yang dibuat istrinya ke kota.

Istrinya selalu membuat gula merah dengan bentuk bulat dan beratnya 1 kg. Dia selalu menjual gula merah itu ke salah satu toko dan membeli kebutuhan-kebutuhan harian mereka untuk sekadar makan.

Suatu ketika pemilik toko itu curiga dengan berat gula merah itu dan dia pun menimbangnya. Ternyata beratnya tidak sampai 1 Kg, hanya 900 Gram. Tangannya gemetar dan dadanya terasa seperti ingin meledak. “Jadi selama ini dia membohongiku. Berapa banyak kerugian yang aku alami. Penipu !” teriaknya dalam hati.

Hari itu lelaki miskin itu di datanginya dengan membawa gula merahnya. “Kamu telah menipu saya ! Kamu bilang gula merah ini 1 Kg ternyata hanya 900 Gram saja !” teriak penjual toko.

Lelaki miskin itu menundukkan kepalanya dan berkata: “ Kami orang miskin. Kami tidak punya timbangan di rumah. Kami membeli beras di toko Bapak seberat 1 Kg dan itulah yang kami jadikan timbangan untuk menimbang gula merah”

Uang dan kekuasaan adalah deception

Seperti cerita di atas, ketika penjual gula merah 1 kg dituduh mencuri timbangan kurang @100 gr ternyata dia berbekal dari beras sekilo si grosir besar!

Namun pengusaha besar melakukan deception sangat besar, misalnya.

Orang percaya minuman soft drink menyehatkan dan menyegarkan. Padahal kadar gulanya 20x takaran konsumsi sehari. Karena diiklankan coca cola sedunia sekarang takaran yang over diwajarkan.

Deception terbesar adalah pengusaha iklan. Semua iklan sudah tidak wajar. Iklan mie instan ada ayam goreng dan telor ceplok. Mereka tidak peduli, sampai iklan foto handphone difoto bukan pakai hp.

Uang dan kekuasaan adalah deception. Bahkan solusi masalah hukum adalah secara non hukum. Misalnya ada tabrak lari, pengemudinya masuk ke mapolres. Dia takut mendapat penghakiman massa. Di sana dilakukan perdamaian.

Yang repot adalah ketika UKM melakukan deception, dirazia. Misalnya mereka tidak punya nomor BPOM. Sedangkan pengusaha besar yang dirazia segera mengurus damai. (Penulis: Goenardjoadi Goenawan, Kepala Divisi Ekonomi NSI)

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.