Kurangnya Kharisma Menteri Terawan sebagai Pemimpin dalam Tangani COVID-19

Sumber gambar : Bisnis.com
Sumber :
  • vstory

VIVA – Covid-19 sedang menjadi perbincangan di seluruh dunia karena penyebarannya yang sangat cepat melalui kontak fisik. Virus ini pertama kali muncul pada Desember 2019 di Kota Wuhan.

Tak butuh waktu lama, virus tersebut berhasil masuk ke Indonesia pada Februari 2020. Ketika itu, Menteri Kesehatan Terawan baru saja menjabat selama 4 bulan dan tidak tanggap dalam mengambil tindakan pencegahan Covid-19. Tidak tanggapnya pencegahan tersebut menyebabkan jumlah pasien Covid-19 yang naik setiap hari. 

Saat ini (24 Juni 2020) penderita Covid-19 sudah berjumlah 47.896 jiwa dan masih bertambah setiap harinya (Kompas.com, 2020). Jika kita perhatikan, protokol kesehatan yang diberikan oleh Menteri Kesehatan masih belum diterapkan oleh masyarakat dengan baik.

Banyak masyarakat yang hanya menerapkan protokol kesehatan hanya sebagai formalitas. Dampak hal ini terlihat dari pertambahan kasus terkonfirmasi mencapai angka ratusan hingga ribuan setiap harinya.

Menteri Terawan sempat hilang dari muka publik selama beberapa minggu ketika Covid-19 masuk ke Indonesia. Kejadian ini terjadi setelah beliau mengatakan hal kontroversi seperti bebasnya Indonesia dari virus corona karena banyaknya doa masyarakat.

Menteri Terawan juga sempat mengabaikan pendapat ahli dari Harvard University yang mengatakan bahwa seharusnya sudah masuk ke Tanah Air. Ketika masyarakat melakukan panic buying, secara mengejutkan pemerintah menunjuk juru bicara khusus dalam penanganan corona (Idntimes.com, 2020). Melihat hal tersebut membuat masyarakat meragukan kepemimpinan dari beliau dalam menangani Covid-19.

Berbicara mengenai kepemimpinan dapat kita lihat definisi dari Yukl. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang mampu berkontribusi demi efektifitas dan keberhasilan sebuah organisasi (Yukl, 2009).

Membahas kepemimpinan tidak terlepas dari kharisma sebuah pemimpin. Kharisma diperlukan dalam memimpin untuk menjadi daya tarik dalam mempengaruhi kontribusi seseorang dalam mendukung tujuan organisasi. 

Berdasarkan definisi tersebut kita dapat melihat kurangnya kharisma dalam diri Menteri Terawan. Seorang pemimpin yang berkharisma dapat terlihat dari kemampuan berkomunikasinya dalam mempengaruhi orang lain.

Kurangnya kemampuan berkomunikasi dari dokter Terawan dapat kita lihat dari munculnya juru bicara dalam pemberian informasi mengenai Covid-19. Hal ini terlihat seperti kurang mampunya dalam memberikan informasi dan mempengaruhi masyarakat dalam mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan. 

Hilangnya dokter Terawan di muka publik juga menjadi salah satu bukti kurangnya sifat kepemimpinannya. Beliau menghilang ketika masyarakat membutuhkan informasi yang tepat mengenai kasus Covid-19 di Indonesia. Kelakar beserta menghilangnya seakan menghindari masalah dan tidak mencerminkan seorang pemimpin yang baik. 

Covid-19 seharusnya dapat menjadi pembelajaran bagi dirinya atas kurangnya pengalaman sebagai pemimpin. Pengambilan tindakan yang cepat dan tepat, kemampuan mempengaruhi orang lain, serta mampu menerima masukan dari pihak luar dibutuhkan oleh seorang pemimpin.

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.