SURABAYA POST – Dua pemuda tampak khusyuk berdoa saat Surabaya Post memasuki cungkup makam Syekh Asngari atau Sunan Bejagung, Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Rabu 11 November 2009, petang.
Beberapa detik kemudian keduanya beringsut, lalu menyandarkan tubuhnya ke tiang cungkup. Mungkin mereka merasa terusik dengan kedatangan Surabaya Post.
Sorot mata mereka memancarkan kecurigaan. Benar saja, kedua pemuda itu bahkan enggan menyebut namanya saat Surabaya Post mencoba beramah-tamah. Mereka hanya mengaku berasal dari Desa Sumberejo, Kecamatan Widang.
Menurut mereka, sudah dua hari keduanya berada di makam Sunan Bejagung. ”Kami merasa tidak yakin lolos CPNS. Saingannya banyak sedang kami tidak punya uang untuk meminta bantuan orang yang dekat pejabat. Dengan tirakat saya berharap dapat kemudahan mengerjakan soal ujian CPNS,” ujar seorang dari mereka.
Kedua pemuda tersebut yakin makam Sunan Bejagung adalah tempat tepat untuk melakukan ritual. Menurut mereka, banyak yang terselesaikan masalahnya setelah melakukan ritual tirakatan di tempat tersebut.
"Saya mendapat saran tetangga, katanya makan Sunan Bejagung memiliki karomah lebih tinggi dibanding makam wali-wali lain di Tuban. Ya, saya mencoba ke mari," ujarnya.
Sementara pengurus makam Sunan Bejagung, Iskandar, mengatakan, sang sunan merupakan salah seorang penyebar Islam yang diyakini sebagai nenek moyang masyarakat Kecamatan Semanding.
Makam ini selalu dipadati peziarah menjelang event-event penting seperti ujian CPNS, pemilu, pilkades dan sebagainya. Bahkan tak jarang, kata Iskandar, pejabat datang agar bisa naik jabatan. “Mereka percaya karomah Syekh Asy'ari bisa membantu memudahkan tercapainya cita-cita,” terang Iskandar.
Selain makam Sunan Bejagung atau Syekh Asy'ari, para pendaftar CPNS juga tampak memadati makam-makam wali lainnya seperti makam Ibrahim Ash-Shomarqondy di Desa Kradenan, Kecamatan Palang, makam Syekh Lemah-bang atau Siti Jenar di Kelurahan Gedong Ombo, Kecamatan Semanding, makam Syekh Geseng di Desa Gesing, Kecamatan Semanding, dan beberapa makam wali lainnya.
Bukan hanya itu, tempat-tempat keramat selain makam juga tampak didatangi, kendati tidak seramai di makam-makam wali tersebut.
Taufik (24 tahun), warga Desa Jenu, Kecamatan Jenu yang ditemui di petilasan wali Goa Gembul, Desa Jadi Kecamatan Semanding, misalnya, mengaku lebih sreg ritual di tempat keramat non makam wali. Alasannya, tempat seperti itu biasanya tidak banyak dikunjungi pelaku ritual. “Kalau tirakat di sini bisa lebih tenang,” kata Taufik.
Menanggapi fenomena tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum Desa Sumurgung Kecamatan Kota Tuban, KH Yahya Romli, SH, mengatakan, ramainya pendaftar CPNS ritual di tempat-tempat keramat sebenarnya bukan hal aneh.
Menurutnya, ziarah ke tempat-tempat keramat memang tidak dilarang, asal tahu batas-batasnya. “Kalau untuk meminta sesuatu, jelas dilarang agama. Itu menunjukkan masyarakat kita masih belum memiliki rasa percaya diri,” katanya.
VIVA.co.id
2 Mei 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Apakah HP Oppo Anda sering mengalami masalah seperti kinerja lemot, lag, atau patah-patah? Temukan enam tips yang dapat membantu Anda ningkatkan performa perangkat Oppo.
Xiaomi Pad 6S Pro menawarkan layar besar, prosesor canggih, dan fitur-fitur inovatif seperti Xiaomi HyperOS, AI Art, dan Xiaomi Focus Pen guna pengalaman lebih produktif.
Bagi kamu yang penasaran dengan aktor serba bisa ini. Berikut fakta menarik Mengenal Kimmon Warodom Khemmonta, Idol di Close Friend Series. Siapakah dia?
May Day 2024, Ketua Apindo Jabar: Pengusaha dan Buruh Bersatu Menuju Indonesia Emas 2045
Jabar
12 menit lalu
Menurut Ning Wahyu, pengusaha dan buruh adalah partner dalam membangun perekonomian. Sehingga, perlu adanya hubungan emosional guna menuju Indonesia Emas 2045.
Selengkapnya
Isu Terkini